Cilacap– Palang Merah Indonesia (PMI) mengharapkan sekolah siaga bencana (SSB) dapat dibentuk di seluruh daerah rawan bencana di Indonesia.
Saat ini ‘pilot project’ (proyek percontohan) SSB di seluruh Indonesia sudah ada di tujuh provinsi, yakni Nanggroe Aceh Darussalam, Bengkulu, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Bali. Demikian kata Kepala Divisi Palang Merah Remaja dan Relawan Kantor PMI Pusat, Yuli Susilo, Sabtu (14/11).
Promosi BRI Bantu Usaha Kue Kering di Sidoarjo Berkembang Kian Pesat saat Lebaran
Selanjutnya, kata dia, akan didirikan di Jawa Timur. Hal itu dikatakannya di sela-sela kegiatan simulasi penanggulangan gempa dan tsunami di Desa Widarapayung Wetan, Kecamatan Binangun, Cilacap.
Menurut dia, di Jawa Tengah ada dua PMI cabang yang menjadi proyek percontohan SSB, yakni PMI Cabang Cilacap dan PMI Cabang Kebumen, masing-masing 15 sekolah. Khusus di Kabupaten Cilacap, kata dia, SSB dilakukan bekerja sama dengan German Red Cross yang dimulai sejak November 2008 hingga November 2009.
Kendati kerja sama hampir selesai, lanjutnya, kegiatan ini tetap berkelanjutan dengan pemberdayaan dari PMI cabang. Dia mengatakan, masuknya PMI dalam program SSB disebabkan mandat yang diberikan pemerintah kepada PMI untuk melakukan kegiatan penanggulangan bencana, mulai dari sebelum, saat, sampai pascabencana.
“Kegiatan SSB sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru karena kita punya Palang Merah Remaja (PMR) yang direkrut dan dilatih melaksanakan program Tri Bakti, salah satunya adalah mengabdi kepada masyarakat. Program ini akan dimasukkan program SSB,” katanya.
Sementara itu delegasi German Red Cross untuk Semarang (Jawa Tengah), Lars Moller mengatakan, kerja sama sejenis yang dilakukan German Red Cross tidak hanya dengan Indonesia tetapi juga Filipina, India, dan Vietnam.
Dia mengharapkan, proyek percontohan yang dilakukan bekerja sama dengan German Red Cross dapat dimplementasikan oleh PMI. “Saya berharap program ini dapat dikembangkan di seluruh Indonesia,” katanya.
ant/isw