SOLOPOS.COM - Para pekerja menyelesaikan pembangunan 25 kios di selter untuk PKL TSTJ, Sabtu (21/5/2016). Diharapkan selter tersebut bisa ditempati sebelum Ramadan. (Ayu Abriyani/JIBI/Solopos)

Beberapa selter PKL sepi pengunjung. Dinas Perdagangan Solo menilai hal itu dipengaruhi komitmen PKL.

Solopos.com, SOLO — Dinas Perdagangan (Disdag) Solo mengakui kondisi beberapa selter pedagang kaki lima (PKL) di Solo tidak sesuai harapan lantaran sepi pengunjung. Mereka menyayangkan para PKL yang tidak kompak dalam berjualan dan meramaikan selter-selter tersebut.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kasi Pembinaan PKL Disdag Solo, Didik Anggono, menegaskan butuh waktu dan butuh komitmen dari pedagang supaya selter bisa ramai didatangi para pembeli. Pedagang harus berjualan secara rutin agar tidak sampai membuat pembeli kecewa karena kecele. Dia menyebut kondisi beberapa selter yang sepi pengunjung sekarang karena para pedagang tidak kompak untuk bisa berjualan setiap hari.

“Sebagus apapun kami membangun selter, jika pedagang enggak meramaikan, juga percuma. Semua komponen harus beres. Artinya, pemerintah sudah menyediakan tempat labih layak untuk berjualan. Di sisi lain, pedagang harus sungguh-sungguh memakai selter itu. Bukan enggak laku sehari dua hari terus berhenti berjualan lama,” kata Didik saat ditemui Solopos.com di ruang kerjanya, Kamis (23/3/2017).

Didik mengklaim Pemkot selalu mengajak bicara para pedagang sebelum membangun selter. Pemkot menerima masukan dari para pedagang. Dia mengakui tidak semua masukan dari pedagang dilaksanakan dalam pembangunan selter. Masukan dari pedagang soal pembangunan selter harus disesuaikan lebih dulu dengan aturan dan kaidah yang berlaku. Pedagang rata-rata meminta selter dibagun persis di tepi jalan dan memiliki los yang luas.

“Pedagang selalu kami ajak ngomong. Kami mendengarkan permintaan-permintaan mereka. Tapi kembali lagi. Permintaan itu harus disesuaikan dengan aturan. Beberapa selter juga sudah kami bangun sesuai usul dari pedagang, antara lain Galabo, Manahan, Jl. Hasanudin, dan Jl. Supomo. Kami membangun selter di tempat semula,” ujar Didik.

Pemkot telah membangun 21 selter di Solo. Dari jumlah tersebut, empat selter diperuntukan khusus bagi pedagang kuliner. Didik menuturkan Pemkot membangun selter berdasarkan analisis kebutuhan. Dia menyatakan warga berhak mengajukan permohonan pembangunan selter kepada Disdag. Setelah menerima permohonan, Disdag akan meninjau ke lapangan.

Didik menegaskan penataan PKL di Solo bukan hanya dilakukan dengan cara membangun selter. Disdag juga bisa memberikan tenda atau gerobak kepada PKL. Beberapa PKL bahkan telah dipersilakan menempati los di pasar.

Jika PKL tidak juga memanfaatkan selter itu, Disdag akan mengalihkan hak penempatan los kepada PKL lain maupun warga yang membutuhkan tempat berjuapan.

“Bahwa pemerintah itu membangun selter untuk kebaikan PKL. Jika memang PKL awal tidak menepati komutmen untuk memakai atau menempati selter, otomatis kami bertindak. Untuk meramaikan selter harus ada orang lain yang berkomitmen. Bisa kami tempatkan langsung PKL hasil penertiban di sekitar lokasi atau masyarakat yang memohon tempat berjualan,” terang Didik.

Didik mengkalim sanksi tersebut manjur atau efektif diterapkan Disdag untuk meramaikan selter. Dia mencontohkan selter di Jl. Supomo yang sekarang ramai setelah selter kosong diisi PKL baru. Pemkot memasukan orang baru yang bersedia mematuhi komitmen sendiri untuk berjualan setiap hari. Dia menyebut banyak warga yang berminat memanfaatkan los di selter itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya