SOLOPOS.COM - Ilustrasi sapi PMK (Ilustrasi/Freepik.com)

Solopos.com, BOYOLALI Kepala Dinas Perternakan Kabupaten Boyolali, Lusia Dyah Suciati mengungkapkan sejumlah sapi di Boyolali terkena penyakit lumpy skin disease (LSD).

Sejauh ini, pihaknya masih terus melakukan inventarisasi data terkait temuan penyakit LSD. “Baru menginventaris, belum semua laporan masuk,” kata dia saat dihubungi wartawan, pada Kamis, (22/12/2022).

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Lusia menjelaskan jenis penyakit LSD sama seperti PMK yang disebabkan virus. Secara visual, penyakit LSD menyerang kulit sapi sehingga terjadi bentol-bentol pada sekujur tubuh sapi.

Penyakit LSD kali pertama ditemukan pada akhir Oktober 2022 di Kecamatan Andong. “LSD dan PMK sama-sama virus, tapi penyebarannya tidak seperti PMK. Penyebarannya sporadis, jadi sporadis itu tidak satu kandang kena semua,” jelasnya.

Meski dijelaskan sama-sama virus, namun penyebaran LSD tidaklah seperti PMK. Menurut Lusia, penyebaran LSD melalui sektor seperti gigitan nyamuk, lalat, dan caplak.

Baca juga: IDULADHA 2016 : Puluhan Ekor Hewan Kurban Masih Berpenyakit

“Ketika kami menemukan pada saat vaksin, saat kami di lapangan, kami obati,” terangnya.

Lucia menerangkan penyakit LSD sapi bisa sembuh. Kasus LSD pertama ditemukan di Andong, selanjutnya ditemukan empat kasus di Nogosari. Lalu ada temuan juga di Wonosegoro.

Kendati demikian, Lusia menjelaskan sapi-sapi tersebut sudah sembuh. “Kami menemukan, langsung kami obat, satu pekan sembuh,” kata Lusia.

Lusia mengatakan penyebaran virus tersebut tidak melulu terpusat pada satu wilayah. Apabila ditemui sapi LSD di suatu kandang, kata Lusia, belum tentu sapi-sapi lainnya ikut terkena penyakit tersebut.  “Menyebar satu-satu gitu, di beberapa desa,” kata dia.

Sekarang ini, kata Lusia, baru dilakukan kajian terhadap temuan dan sebaran virus LSD. Kajian tersebut melalui pengambilan sampel pada lalat yang mengerubungi sapi yang terjangkit LSD.

Baca juga: IDULADHA 2014 : Peternak Enggan Jual Sapi, Harga Naik Rp2 Juta/Ekor

“Kemarin dari ahli veteriner Wates itu mengambil lalat yang disekitar sapi yang terjangkit. Baru mau diuji lab, hasilnya belum keluar,” kata dia.

Kepala Desa Tegalgiri, Kecamatan Nogosari, Ngateman, menceritakan sejumlah sapi milik warganya terkena virus LSD tiga hari lalu.

“Awal nya warga di Dukuh Grogolan punya sapi kok badan nya timbul bintik bintik begitu. Terus warga tersebut menghubungi mantri hewan. Terus mantri hewan tersebut menghubungi saya,” jelasnya saat dihubungi Solopos.com, Kamis (22/12/2022).

Dari penjelasan mantri hewan, Ngateman mengatakan sapi yang terdeteksi penyakit sejenis di Desa Tegalgiri jumlahnya ada empat.

“Masing-masing ada di wilayah Dukuh Grinting [ada] satu, Dukuh Grogolan [ada] dua, Dukuh Badan [ada] satu. Hal tersebut sudah saya laporkan ke Puskeswan Simo,” terang Ngateman.

Baca juga: DAGING GLONGGONGAN : Jelang Lebaran 2014, Daging Glonggongan Beredar

Ngateman menjelaskan sapi-sapi tersebut sudah ditangani dan ditindaklanjuti oleh Dinas Peternakan Boyolali melalui Puskeswan Simo.

“Harapan saya penyakit sapi yang ada di desa kami kususnya segera teratasi, jangan sampai menjalar ke desa lain. Umumnya di wilayah Boyolali. Karena sapi ini sudah menjadi tradisi warga kami dinamakan tabungan atau celengan,” doa dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya