SOLOPOS.COM - Ilustrasi kursi jabatan (JIBI/Solopos/Dok.)

Dalam pertemuan itu hanya sebatas memberikan saran dan arahan jika ingin sukses dalam tes seleksi pamong.

Harianjogja.com, BANTUL-Kepala Desa Bantul Zubaedi akhirnya mengakui adanya pertemuan khusus antara pihak Tim Sembilan dan Pemerintah Desa Bantul dengan peserta seleksi pamong desa Bantul. Padahal, saat di hadapan Komisi A DPRD Bantul, Kamis (29/12/2016) lalu, ia dengan tegas membantah tuduhan adanya komunikasi khusus tersebut.

Promosi Banjir Kiper Asing Liga 1 Menjepit Potensi Lokal

Saat dikonfirmasi ulang oleh wartawan, Jumat (30/12/2016) siang ia akhirnya mengakui telah melakukan pertemuan dengan salah satu peserta seleksi pamong. Diakuinya, pertemuan itu dilakukannya di sebuah warung.

Hanya saja ia tetap berkilah bahwa pertemuan itu tidak menyepakati apapun terkait nominal uang pelicin yang dituduhkan oleh peserta lainnya. Diakuinya, dalam pertemuan itu hanya sebatas memberikan saran dan arahan jika ingin sukses dalam tes seleksi pamong. “Tidak ada omongan soal uang,” tegasnya.

Singkatnya, ia hanya menduga bahwa tuduhan itu lebih bernada politis. Pasalnya, tahun depan, Pemdes Bantul akan menggelar pemilihan Kepala Desa. “Bisa jadi, tuduhan ini sengaja dimaksudkan untuk menjelek-jelekkan Pemdes Bantul,” katanya.

Selain itu, ia pun membantah tuduhan ketidaktransparansian Pemdes terkait pengumuman hasil seleksi. Seperti diketahui, pihak Pemdes hanya mengumumkan nama-nama dengan status terpillih atau tidak terpilih saja, tanpa mencantumkan nilai hasil tes seleksinya. Diakuinya, hal itu ia lakukan bukan tanpa sengaja. “Itu saya lakukan atas arahan Kasi Pembangungan Kecamatan Bantul. Saya hanya bawahan saja,” kilahnya.

Sementara salah satu peserta seleksi yang tak bersedia disebutkan namanya membenarkan adanya dugaan pungutan itu. Saat ditemui usai memenuhi panggilan Komisi A DPRD Bantul, Jumat (30/12) di DPRD Bantul, ia mengakui bahwa Kepala Desa Bantul sempat menyebut nominal angka sebagai materi transaksi kepada peserta seleksi. “Nominalnya beragam, mulai dari Rp100 juta. Mobil seharga Rp150 juta, hingga rumah seharga Rp250 juta,” katanya.

Tak hanya itu, ia pun menyayangkan ketidaktransparansian pihak Tim Sembilan dan Pemdes Bantul. Pasalnya sejak hasil tes diumumkan sehari setelah dilakukannya tes pada 21 Desember 2016 lalu hingga kini pihak peserta belum mengetahui pasti berapa nilai hasil tes yang sudah mereka lakoni.

Ia mengakui, nilai hanya bisa diketahui jika peserta menanyakannya secara langsung kepada pihak Pemdes atau pun Tim Sembilan. Padahal, sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 5 Tahun 2016, pengumuman disampaikan selengkap-lengkapnya melalui papan pengumuman.

Seperti diketahui, posisi pamong Desa Bantul yang diisi melaui ujian seleksi meliputi empat formasi pamong yakni Sekretaris Desa atau carik, Kasi Kesejahteraan, Kasi Pelayanan dan Kaur Perencanaan. Dari empat formasi itu jumlah peserta yang mendaftar ada 34 orang dan seleksi dilakukan pada tanggal 19-20 November 2016, lalu oleh pihak ketiga yakni LP3M Yogyakarta. Kini, kasus itu tengah ditangani secara intensif oleh pihak Lembaga Ombudsman (LO) DIY.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya