SOLOPOS.COM - Bupati Wonogiri, Joko Sutopo (tengah), bersama pejabat lain menjadi narasumber acara Rembug Stunting Kabupaten Wonogiri 2021 di pendapa rumah dinasnya kompleks Setda Wonogiri, Selasa (16/11/2021). (Solopos.com/Rudi Hartono)

Solopos.com, WONOGIRI – Bupati Wonogiri, Joko Sutopo, menyebut stunting sebagai masalah luar biasa atau extraordinary. Oleh sebab itu stunting harus mendapat perhatian dan penanganan khusus.

Stunting dinilai berbahaya bagi masa depan bangsa dan negara karena dapat mengakibatkan degenerasi. Jika ada satu anak stunting, berarti bakal ada satu penduduk yang berpotensi besar tidak dapat memberi kontribusi maksimal membangun bangsa.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonogiri bertekad mewujudkan prevalensi stunting 0 persen dalam jangka panjang. Target ini dinilai realistis, meski dari tahun ke tahun kasus stunting selalu ada.

Dari total 294 desa/kelurahan di Wonogiri, terdapat 105 desa/kelurahan yang menjadi prioritas penanggulangan stunting 2022. Berdasar analisis situasi oleh Bappeda Litbang 2021, terdapat tujuh desa yang dianggap sukses dalam menurunkan angka stunting di Wonogiri. Berikut Solopos.com sajikan daftar tujuh desa terbaik di Wonogiri dalam program penurunan angka stunting pada 2020.

7 Desa Terbaik Penurunan Stunting 2020

1. Kerjo Lor, Kecamatan Ngadirojo

71 kasus 2019, prevalensi 25,27%
29 kasus 2020, prevalensi 8,48%
Penurunan 42 kasus, penurunan prevalensi 16,79%

2. Gesing, Kecamatan Kismantoro

67 kasus 2019, prevalensi 29,52%
33 kasus 2020, prevalensi 12,79%
Penurunan 34 kasus, penurunan prevalensi 16,73%

3. Mangunharjo, Kecamatan Jaripurno

55 kasus 2019, prevalensi 28,06%
25 kasus 2020, prevalensi 12,15%
Penurunan 30 kasus, prevalensi 15,91%

4. Boto, Kecamatan Jatiroto

31 kasus 2019, prevalensi 26,72%
3 kasus 2020, prevalensi 2,70%
Penurunan 28 kasus, penurunan prevalensi 24,02%

5. Pesido, Kecamatan Jatiroto

30 kasus 2019, prevalensi 24,59%
6 kasus, 2019 prevalensi 5,71%
Penurunan 24 kasus, penurunan prevalensi 18,88%

6. Jatipurno, Kecamatan Jatipurno

35 kasus 2019, prevalensi 38,46%
12 kasus 2020, prevalensi 12,79%
Penurunan 23 kasus, penurunan prevalensi 26,18%

7. Randusari, Kecamatan Slogohimo

28 kasus 2019, prevalensi 20%
5 kasus 2020, prevalensi 3,24%
Penurunan 23 kasus, penurunan prevalensi 16,58%

Ada 105 desa/kelurahan (seluruh kecamatan) lokus prioritas penanggulangan stunting 2022 (dari total 294 desa/kelurahan)
Prioritas I 22 desa/kelurahan
Prioritas II 34 desa/kelurahan
Prioritas III 49 desa/kelurahan

Sumber: Bappeda Litbang Wonogiri(rio)

Sebelumnya, Bupati Wonogiri, Joko Sutopo, menyebut stunting sebagai masalah luar biasa atau extraordinary. Oleh sebab itu stunting harus mendapat perhatian dan penanganan khusus.

Dia menjelaskan stunting bukan hanya masalah kesehatan. Melainkan persoalan yang sangat kompleks sehingga harus ditangani berbagai organisasi perangkat daerah (OPD), desa, hingga pihak swasta (perusahaan).

Penanganan stunting harus dilakukan di berbagai dimensi. “Contohnya, dengan mengintervensi sejak anak remaja, menjelang perkawinan, usia produktif, masa kehamilan, pascapersalinan hingga anak berusia dua tahun,” ujar Joko Sutopo dalam acara Rembug Stunting Kabupaten Wonogiri 2021 di Pendapa Rumah Dinas Bupati kompleks Sekretariat Daerah (Setda) Wonogiri, Selasa (16/11/2021).

Baca Juga: Stunting Berbahaya, Wonogiri Targetkan Prevalensi Jangka Panjang 0%

Pada kesempatan itu, Joko Sutopo menargetkan prevalensi stunting 0 persen di Kabupaten Wonogiri. Target itu, kata dia, realistis meski dari tahun ke tahun kasus selalu ada kasus. Dia optimistis target tercapai dalam jangka panjang.

Buktinya, prevalensi stunting di Wonogiri turun signifikan sejak 2017. Pada tahun tersebut prevalensi tercatat 24 persen, sedangkan data hingga Februari 2021 tercatat 14,07 persen.

“Karena itu masalah stunting harus dikeroyok bareng-bareng. Masalah memang kompleks. Soal data juga masih perlu jadi perhatian karena masih ada perbedaan data di lapangan dengan data yang kami miliki. Data harus ditarik lalu tim memverifikasinya lagi,” ujar lelaki yang akrab disapa Jekek itu.

Baca Juga: Boyolali Giatkan Vaksinasi Lansia dari Pintu ke Pintu

Prevalensi stunting adalah kasus stunting dibanding jumlah anak berusia di bawah lima tahun (balita) dalam kurun waktu yang sama.

Berdasar penjelasan Peraturan Presiden (Perpres) No. 72/2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting, stunting adalah gangguan perkembangan dan pertumbuhan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang. Kondisi ini ditandai tinggi badan di bawah standar.

Referensi lain menjelaskan stunting mengganggu perkembangan otak, sehingga kecerdasan anak di bawah rata-rata. Kondisi itu berlangsung seumur hidup.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya