SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Selamat datang menteri keuangan baru. Selamat bertugas, Agus Martowardojo (AM). Tugas berat kini berada di depan ekonom sekaligus banker kelahiran Belanda, 54 tahun lalu itu.  Maklum, AM mewarisi reputasi hebat Sri Mulyani. Selama menjabat Menkeu, Sri Mulyani mendapat gelar sebagai menteri keuangan terbaik di Asia.

Penunjukan AM sebagai Menkeu diyakini mampu membawa angin segar terhadap perekonomian nasional. Sosok AM diharapkan akan membuka harapan baru tentang peningkatan pertumbuhan ekonomi secara lebih berkualitas, yang berdampak terhadap perbaikan kesejahteraan rakyat.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Berbagai kalangan mengingatkan agar AM bisa membawa lokomotif perekonomian Indonesia ke arah penciptaan nilai tambah, terutama pemberdayaan sektor pertanian, industri manufaktur, usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Di sisi lain, mereka juga menekankan bahwa demi efektvitas kebijakan fiskal, AM perlu pintar membina hubungan dengan para politisi di parlemen, yang seringkali berseberangan dengan pemerintah.

Reputasi Agus di bidang perbankan memang sangat mumpuni. Sebelum menangani Bank Mandiri,  AM menjabat Dirut Bank Permata 2002-2005, Dirut Bank Exim (1998), dan Dirut Bank Bumiputra (1995-1998). Selain itu, dia pernah berkarier di Bank Niaga, Bank of America, dan BPPN. Melihat track record Agus, kita memberikan harapan besar.

Prestasinya sebagai nakhoda Bank Mandiri bisa dibilang hebat. Di tangannya, aset Mandiri mencapai Rp394 triliun. Laba kuartal I 2010 Rp2 triliun. Bahkan dalam cetak biru Bank Mandiri, lima tahun ke depan berencana menjadi bank nomor lima dari sisi aset di kalangan perbankan Asean, dan menjadi nomor dua untuk sepuluh tahun mendatang.

Namun, pertanyaan yang wajar muncul adalah cukupkah modal AM untuk memasuki rimba Kemenkeu, yang sarat dengan persoalan politis. Tentunya, yang dihadapi sebagai menkeu berbeda dengan tugas di dunia perbankan. AM harus berani menghadapi tekanan politik agar penggunaan anggaran negara benar-benar optimal dan efisien. Kemenkeu membutuhkan sosok pemimpin yang berani dan tegas menghadapi tekanan, terutama dari DPR. Ini bisa terjadi saat proses pengambilan kebijakan di bidang fiskal dan pengambilan keputusan soal APBN. Untuk itu, AM sebagai dirigent di Kemenkeu harus mampu membina hubungan baik dengan DPR, sehingga setiap kebijakan keuangan negara bisa tepat sasaran dan tepat waktu.

Berhadapan dengan DPR bukan hal mudah. Apakah AM bisa diterima para wakil rakyat? Ini yang harus kita tunggu.  Maklum, AM pernah punya (sejarah) relasi yang kurang baik dengan para wakil rakyat di Senayan. Saat dicalonkan Presiden SBY menjadi gubernur Bank Indonesia, para wakil rakyat langsung menutup pintu. Dia ditolak sebelum fit and proper test.

Ini seninya menjadi Menkeu di masa reformasi dengan multi-partai. Energi yang dikeluarkan harus ekstrabesar. Maklum, semua kebijakan yang akan diambil harus dikonsultasikan dengan kalangan parlemen, sebelum diputuskan. Jadi, selain membuat kebijakan, seorang menkeu harus memiliki relasi dan komunikasi yang baik dengan parlemen. Dan ini tidak mudah untuk dilakukan. Namun, semua itu harus dilalui apabila pemerintah menginginkan setiap kebijakannya didukung oleh kalangan parlemen.

Pekerjaan lain menkeu baru adalah melanjutkan reformasi birokrasi, terutama di Ditjen Pajak dan Ditjen Bea dan Cukai.  Apalagi dua ditjen ini sudah terbukti menjadi sarang koruptor yang menghambat pergerakan ekonomi.

AM harus berhadapan dengan oknum mirip Gayus, namun keluar dia juga harus berhadapan dengan para pengemplang dan penunggak pajak.  AM jelas memiliki pengalaman ini di Bank Mandiri.

AM merupakan komandan dari transformasi internal yang sudah dilakukan Bank Mandiri.  Jadi, AM tidak akan kagok dalam melanjutkan program  reformasi birokrasi yang sekarang sudah berjalan di Kemenkeu. Di sini, AM harus mampu bertindak tegas untuk menindak oknum aparat yang melakukan pelanggaran profesi, etika dan moral. Tanpa itu, reformasi birokrasi akan berjalan di tempat.

AM mengerti betul pengelolaan moneter maupun bagaimana menggerakkan sektor riil. Ini karena dunia perbankan yang digelutinya identik dengan pembiayaan yang mendorong dunia usaha. Untuk kebaikan bersama, kita harus memberikan support buat AM.

Oleh Susidarto

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya