SOLOPOS.COM - Trans Jogja (JIBI/Dok)

UPT Trans Jogja sempat wacanakan adanya bus lane.

Harianjogja.com, JOGJA–Keberadaan Bus Trans Jogja tidak akan berarti banyak tanpa diiringi dengan pembatasan akses kendaraan pribadi dan pengembangan sistem park and ride. Jika ingin menata lalu lintas agar jadi lebih baik, ketiganya harus dilaksanakan secara simultan.

Promosi 204,8 Juta Suara Diperebutkan, Jawa adalah Kunci

Kepala UPT Trans Jogja Sumariyoto mengungkapkan angkutan umum yang dikembangkan tanpa pembatasan akses kendaraan dan penataan parkir, tidak akan ada artinya. Sebab, akhirnya orang-orang akan tetap menggunakan kendaraan pribadi. Untuk membangun jalur khusus Trans Jogja juga terlalu sulit karena lebar jalan yang tak memadai.

“Tapi itu masih sulit direalisasikan. Ya, nanti akan kami kaji bareng-bareng tahun ini. Paling tidak tiga poin yang akan dikaji, yakni bus lane [jalur bus yang memberi privilege kepada Trans Jogja], pembatasan akses kendaraan dan penataan park and ride. Hasilnya akan kami publikasikan,” ucap Sumariyoto melalui sambungan telepon, Selasa (27/3/2018).

Ia mengatakan pembatasan akses kendaraan memang susah, tapi perlu dicoba. Setelah ada pembatasan akses kendaraan, kemudian Pemda DIY wajib menyediakan tempat parkir yang memadai. Setelah tempat parkir tersedia, kemudian disediakan angkutan umum untuk akses ke dalam kota.

“Idealnya kendaraan pribadi memang diparkir di pinggir kota. Kemudian masuk kota dengan angkutan umum. Ketiganya harus ditata bareng. Kalau enggak simultan akan susah,” imbuhnya.

Senada dengan Sumariyoto, Anggota Komisi C DPRD DIY Chang Wedryanto juga menyatakan pembatasan akses terhadap kendaraan pribadi perlu dilakukan untuk mengatasi kemacetan. Menurutnya, konsep ganjil dan genap bisa diadopsi.
Namun, lanjutnya, sebelum pembatasan akses kendaraan dilakukan, perlu ada pembenahan angkutan umum. “Pelayanan harus ditingkatkan, harus aman, nyaman dan memudahkan dalam akses. Kalau sekarang kan masih sulit.”

Bus Lane
Chang mengungkapkan, wacana bus lane yang dikemukakan oleh UPT Trans Jogja tidak akan efektif jika tidak ada pembatas seperti layaknya jalur khusus Trans Jakarta. Jika hanya sebatas garis-garis semata, ia skeptis bus lane akan berdampak positif bagi waktu tempuh Trans Jogja. Pasalnya, lajur khusus yang ada pembatasnya saja masih sering dimasuki pengguna jalan, apalagi yang hanya dibatasi garis.

Namun ia menyadari, membuat lajur khusus di DIY sungguh sulit, karena lebar jalan yang sempit. Oleh karena itu Chang menilai wacana bus lane harus didukung dengan sarana penunjang, yakni Closed Circuit Television (CCTV) dan optimalisasi aparat.

“Harus ada pengoptimalan aparat yang ada. petugas kepolisian dan dinas perhubungan supaya tidak ada pelanggaran. Pengoptimalan juga perlu untuk menyadarkan masyarakat. Atau mungkin disediakan CCTV yang ngawasin pengendara, yang melanggar bisa ditangkap. Kalau itu dipenuhi, lain lagi ceritanya.”

Seperti diberitakan sebelumnya, UPT Trans Jogja mewacanakan bus lane sebagai ganti lajur khusus yang terlalu muskil diwujudkan. Tapi wacana bus lane dinilai tidak akan jadi jawaban bagi permasalahan yang dialami Trans Jogja. Sebab saat lalu lintas pada merayap, angkutan itu juga akan larut dalam kemacetan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya