SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi


Karanganyar (Espos)–
Komisi II DPRD Karanganyar menyoroti kinerja salah satu badan usaha milik daerah (BUMD) milik Pemkab Karanganyar, Apotik Sukowati, karena selalu merugi. Perusahaan itu terancam ditutup karena manajemen yang dinilai amburadul.

Anggota Komisi II, Bagus Selo, menyatakan kondisi memperihatinkan Apotik Sukowati diketahui secara langsung pada pelaksanaan saat inspeksi mendadak (Sidak), Sabtu (5/6). Menurutnya, alih-alih menyumbangkan pendapatan asli daerah (PAD), perusahaan itu bahkan tak mampu membeli bahan-bahan obat dan membayar gaji karyawannya selama beberapa bulan terakhir.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

“Yang jelas situasinya sudah tidak baik, manajemennya juga amburadul. Karena itu akan kami bawa nanti di rapat kerja Komisi II, apakah akan ditutup atau tetap di lanjutkan. Toh alternatif terakhir yang dipilih, harus ada perubahan manajemen,” ungkapnya dihubungi Espos, Minggu (6/6) siang.

Politisi PDI Perjuangan itu menambahkan, saat Sidak anggota Komisi II juga tidak mendapatkan data-data menyangkut kinerja perusahaan secara menyeluruh. Hal itu setelah pegawai yang diserahi tugas untuk mengelola keuangan perusahaan pelat merah tersebut tidak masuk kerja karena suatu sebab.

Terpisah Sekretaris Komisi II DPRD, Suparmi, menyatakan hal serupa. Namun demikian menurut dia pihaknya akan lebih dulu berupaya mendorong pembenahan-pembenahan di tubuh BUMD sebelum merekomendasikan penutupan, di antaranya dengan melakukan penyegaran di level manajemen.

“Segera setelah Sidak, Komisi II akan menggelar rapat kerja dengan memanggil Badan Pengawas dan Bagian Perekonomian guna mencari penyelesaian soal Apotik Sukowati. Kami ingin tahu masalah dan kendalanya seperti apa, serta yang tak kalah penting solusinya bagaimana,” tandas Politisi Golkar ini.

Seperti pula disampaikan Suparmi, Pemkab setidaknya telah melakukan penyertaan modal hingga senilai Rp 500 juta terhadap Apotik Sukowati. Penyertaan tahap pertama pada dekade 1990-an Rp 300 juta, dan yang kedua tahun 1998 lalu dengan nominal Rp 200 juta. Belakangan setelah berjalan, modal itu bukannya memberi keuntungan justru habis tanpa jelas penggunaannya.

Pada bagian lain, Suparmi mengatakan akibat kesulitan keuangan yang dialami karyawan-karyawan Apotik Sukowati tidak diberikan gaji selama lima bulan antara Januari sampai Mei 2010. Satu-satunya capaian positif perusahaan adalah pengurangan utang dari Rp 14 juta pada Februari lalu menjadi Rp 3 juta di bulan Mei. Terkait wacana mempertahankan BUMD itu, menurutnya Apotik Sukowati yang memiliki lokasi strategis cukup berpotensi berkembang jika dikelola secara benar.

try

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya