SOLOPOS.COM - Wahyuni Mulatsih (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Awal Ramadan 2024 saya terkejut setelah membaca berita siswa sekolah dasar (SD) mengendarai sepeda motor dan nyungsep di atap rumah warga saat ngabuburit. Peristiwa ini terjadi di Tasikmalaya, Jawa Barat.

Kurang lebih satu pekan kemudian, seorang lelaki mengendarai mobil dan menabrak mobil Porsche di sebuah showroom di daerah Tangerang. Lelaki tersebut mengonsumsi alkohol sebelum mengendarai mobilnya.

Promosi Enjoy the Game, Garuda! Australia Bisa Dilewati

Setelah itu saya terkejut lagi dengan berita seorang anak SD tertabrak bus besar ketika sedang berburu klakson telolet di pinggir jalan. Ini hanya sebagian kecil berita kecelakaan lalu lintas yang terjadi. Masih banyak kasus kecelakaan lalu lintas lainnya.

Kecelakaan lalu lintas adalah peristiwa yang sering menghiasi berita media online, cetak, dan elektronik. Saking seringnya kabar kecelakaan lalu lintas yang kita baca dan kita dengar, membuat kita terbiasa, tidak kaget lagi mendengar kabar semacam itu, bahkan ketika korban kecelakaan sampai meninggal di tempat.

Kalau kita amati kebanyakan kecelakaan lalu lintas memang karena kelalaian atau pengendara kurang berhati-hati. Terkadang saya bertanya dalam hati apakah keselamatan berkendara di jalan bukan prioritas lagi?

Apakah mungkin berkendara kini hanya untuk ajang pamer di jalan—pamer kendaraan mewah, pamer keberanian menjemput maut? Beberapa waktu lalu saya menemukan sebuah artikel di Solopos berjudul Selera Pengendara Sepeda Motor: Makin Berisik, Ngebut, dan Selonjor (Solopos, 3 Februari 2022).

Saya tergelitik dengan kata terakhir, selonjor. Menurut saya, kata ini bermakna tidak hanya selonjor dalam arti sesungguhnya, duduk santai posisi kaki memanjang, namun juga dapat berarti seenaknya dalam berkendara yang penting sampai tujuan, hidup dan mati sudah diatur oleh Tuhan.

Makna seenaknya ini mewakili pengendara aneka kendaraan bermotor di jalanan sekarang ini. ”Seenaknya” berkendara sering kali saya temui di jalan. Pertama, mengenai lampu sein. Makbedunduk menyalakan lampu sein, menyalakan lampu sein—kanan atau kiri—secara tiba-tiba.

Pada saat yang sama kendaraan di belakang melaju cepat, mungkin terburu-buru. Ketika kendaraan di depan tiba-tiba menyalakan lampu sein, kendaraan-kendaraan yang di belakang harus mengerem secara mendadak.

Hal ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan tabrakan beruntun. Dibutuhkan kesigapan dalam mengendalikan mesin kendaraan di jalanan. Kita mungkin pernah tertawa cekikikan membaca tulisan ”Ya Allah, jauhkan saya dari ibu-ibu yang sein kiri belok kanan” di media sosial beberapa waktu lalu.

Saya pernah bertemu pengendara yang menyalakan lampu sein kiri, tetapi belok kanan atau sebaliknya. Tentu saya gelagapan di jalan. Di pertigaan ada seorang ibu-ibu setengah tua mengendarai sepeda motor berhenti karena mau belok kanan.

Saya yang berada sebelah kanan mendapatkan angin segar untuk tancap gas. Eh, tiba-tiba ibu-ibu itu menyalakan sein kanan, melaju dan menatap saya tajam.

Wis riting…,” kata dia.

Woalah, Mbokdhe…. Mbokpikir ritingmu bisa otomatis ngendekke motorku?” kata saya dalam hati.

Kedua, main telepon seluler saat bersepeda motor atau saat menyetir mobil. Gaya berkendara seperti ini makin sering dilakukan banyak orang. Entah mereka sedang malakukan chat penting atau tidak. Kemunculan telepon genggam telah banyak menyita konsentrasi pengendara kendaraan bermotor.

Hal ini sangat membahayakan pengendara itu sendiri atau pengendara yang lain. Mengapa pengendara tersebut tidak mau memberi tahu teman, kerabat, atau keluarga di seberang telepon genggam bahwa dia sedang berkendara?

Ketika pengendara memberi tahu posisinya, pasti teman chatting atau bertelepon mengerti dan tidak mengganggu lagi ketika sedang berkendara. Ketiga, dua pengendara sepeda motor mengobrol di jalan. Ini merupakan selera yang tak lekang oleh waktu sejak zaman belum banyak kafe sampai sekarang ketika zaman sudah banyak kafe atau warung kopi.

Lebih enak mana, mengobrol sembari berkendara atau duduk manis sembari menikmati kopi robusta atau arabika? Kini makin banyak pengendara sepeda motor yang suka berbincang menghabiskan badan jalan dengan santai bercerita ngalor ngidul.

Hantu

Saya yakin pengendara di belakangnya pasti senewen, mau mendahului tapi tidak kebagian ruang yang memadai. Mau sabar menanti, tapi sampai kapan? Keempat, anak baru gede alias ABG makin banyak yang berani mengendarai sepeda motor.

Saya memilih lebih baik minggir atau malah berhenti ketika berpapasan dengan mereka. Dalam pola pikir saya, mohon maaf, anak-anak ini lihai ngegas sakpole, tak peduli jalan sedang ramai atau sepi.

Biasanya ABG-ABG ini belum genap sweet seventeen. Dengan postur kecil, kurus, motor terlihat besar, tancap gas kencang, berasa melayang, satu sampai dua teman di boncengan. Mereka kelihatan sangat percaya diri dan bangga.

Dalam pandangan saya, mereka lebih menakutkan daripada hantu. Fenomena terbaru pengendara sepeda motor adalah ABG naik sepeda motor listrik. Keberadaan motor listrik untuk mengurangi pemakaian bahan bakar minyak (BBM) ternyata menciptakan fenomena baru, menghalalkan anak-anak mengendarai motor di jalan.

Anak-anak berusia di bawah 17 tahun sebenarnya belum boleh mengendarai motor. Demi menjaga ketertiban, keselamatan, dan kenyamanan berkendara pemerintah memberlakukan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan.

Jumlah pengguna jalan yang semakin meningkat, terutama sepeda motor, mengakibatkan arus lalu lintas menjadi padat dan sulit dikendalikan, terutama di kota-kota besar. Warga negara yang taat hukum harus memahami aturan-aturan lalu lintas sesuai dengan undang-undang yang berlaku.



Aturan-aturan berkendara di jalanan, antara lain, pengendara harus memiliki surat-surat seperti surat izin mengemudi (SIM) dan surat tanda  nomor kendaraan (STNK), mematuhi rambu-rambu lalu lintas, mengenakan helm atau sabuk pengaman, menaati batas kecepatan berkendara, dilarang melawan arus, wajib menyalakan lampu isyarat (sein), tidak menggunakan telepon seluler dalam berkendaraan.

Aturan yang telah dibuat sedemikian rupa harus ditaati oleh pengendara semua kendaraan. Ingat, semua demi keselamatan bersama. Mari kita jadikan keselamatan berkendara sebagai prioritas utama.

Mengendarai kendaraan bermesin menuntut kita berhati-hati karena jika tidak, bukan kita saja yang celaka, orang lain juga terkena imbasnya.

Mari kita selalu menjaga kenyamanan untuk diri sendiri dan orang lain dalam berkendaraan. Apa pun kendaraan yang kita pakai, patuhi tata tertib berlalu lintas demi keselamatan bersama. Selalu ingat pesan Titi DJ, hati-hati di jalan…

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 6 Mei 2024. Penulis adalah alumnus Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret dan pemerhati fenomena sosial)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya