SOLOPOS.COM - Seorang PPL pertanian, Sragen, Dyah Prabantari, menunjukkan lokasi persemaian bibit padi yang ludes dimakan tikus di Desa Pantirejo, Sukodono, Sragen, Rabu (11/12/2019). (Solopos/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN – Jebakan listrik yang dipasang di area persawahan diklaim efektif membasmi ratusan tikus dalam semalaman. Namun, jebakan itu juga turut membunuh ular yang sejatinya menjadi predator tikus serta katak yang menjadi pemangsa wereng.

Hal tersebut disampaikan Mitro Suwarno, petani dari Dukuh Semen, Desa Sribit, Kecamatan Sidoharjo, Sragen. Dia mengaku pernah menemukan delapan ekor kobra mati tersetrum jebakan listrik tersebut.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Saya pernah menemukan delapan ekor ular kobra yang mati karena tersetrum. Memang sangat disayangkan mengingat ular itu makanannya ya tikus itu. Selain ular, banyak katak yang mati juga karena jebakan tikus. Jumlahnya tidak terhitung. Padahal, katak juga pemangsa wereng,” ucap Mitro Suwarno, saat berbincang dengan Solopos.com di area sawahnya, Rabu (29/7/2020).

Jadi Ketua DPRD Termiskin Se-Jateng, Ini Jumlah Utang Suparno

Ekspedisi Mudik 2024

Mitro mengakui jebakan tikus listrik memang memiliki plus dan minus. Perangkat yang teraliri listrik ini dianggap efektif untuk membunuh ratusan tikus dalam semalamam.

Tetapi perangkat itu juga sangat berbahaya bagi keselamatan petani dan orang lain. Faktanya, jebakan tikus itu sudah merenggut delapan korban jiwa di Sragen sejak Mei lalu.

Selain itu, sejumlah binatang yang menjadi sahabat petani karena menjadi predator hama sejati seperti ular dan katak justru ikut terbunuh.

Sembuh dari Covid-19, Ini Resep Jamu Andalan Wawali Solo Achmad Purnomo

“Seumur-umur, baru kali ini wereng muncul di musim kemarau. Biasanya wereng itu baru muncul saat musim hujan. Jadi, musuh petani saat ini tidak hanya tikus, tetapi juga wereng,” ujar Mitro.

Ganggu Ekosistem

Penyuluh pertanian lapangan (PPL) Kecamatan Miri, Dalyono, tidak merekomendasikan penggunaan jebakan tikus yang teraliri listrik. Selain membahayakan diri sendiri, jebakan tikus juga membahayakan orang lain.

“Namanya orang apes siapa yang tahu. Bisa jadi petani itu lupa mematikan aliran listrik hingga siang. Padahal, banyak anak-anak yang biasa main layangan. Kasus di Sine lalu, warga ditemukan meninggal di pagi hari,” ujar Dalyono.

Dukun Cabuli Pasien di Bondowoso, Masukkan Telur ke Kemaluan untuk Obati Sakit Mag

Selain itu, matinya predator hama seperti ular dan katak justru membahayakan bagi keseimbangan ekosistem di sawah. Bisa jadi matinya predator hama itu justru meningkatkan populasi tikus yang membuat para petani gigit jari.

“Kalau predator hama malah mati, justru sangat disayangkan. Padahal, predator hama itu mestinya dilindungi karena menjadi sahabat petani. Jadi, saya sangat tidak merekomendasikan penggunaan jebakan tikus yang teraliri listrik itu,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya