SOLOPOS.COM - Suradi, 63, warga Tandon RT 002/RW 002, Desa Pare, Kecamatan Selogiri, Wonogiri, saat duduk di dekat peti mati yang ia manfaatkan sebagai meja di ruang tamu rumahnya, Rabu (3/3/2021). (Solopos.com/Aris Munandar)

Solopos.com, WONOGIRI – Haji Suradi Prutul, 63, bukan hanya telah mempersiapkan peti mati, tetapi juga makam untuk dirinya, sang istri, dan mertuanya. Padahal, pria asal warga Tandan RT 002/RW 002, Desa Pare, Kecamatan Selogiri, Wonogiri, Jawa Tengah, itu masih hidup dalam kondisi sehat dan bugar.

Dia mengaku sengaja melakukan hal itu agar tidak merepotkan warga sekitar saat meninggal nanti. dia juga telah mempersiapkan batu nisan hingga kuburan sebagai tempat jasadnya ingin dimakamkan, yakni di Pemakaman Astonoloyo Dusun Pare, Desa Pare, Selogiri.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Baca juga: Disiapkan Sejak 2010, Peti Mati Haji Suradi Prutul Wonogiri Dijadikan Meja Tamu

Liang Lahat

Liang lahat yang sudah dikeruk itu kini diisi pasir kemudian di atasnya diberi batu nisan bertuliskan “Suradi belum meninggal.” Haji Suradi Prutul adalah pensiunan anggota staf ahli Bupati Wonogiri.

“Saya pensiun sejak 2018. Di sisa hidup saya ini, saya mencoba berusaha agar bisa berbuat baik kepada manusia. Namun, mungkin niat baik saya tidak selamanya dianggap baik oleh orang. Saya siap dipanggil oleh Allah kapan saja,” ungkap dia saat ditemui di rumahnya, Rabu (3/3/2021).

Dia menegaskan tindakannya mempersiapkan peti mati, liang lahat, hingga nisan bukan bentuk pamer, melainkan wujud syukur.

“Saya bukannya pamer atau riya. Memang alasan saya mempersiapkan peti ini sebagai wujud syukuran dan bangga saya kepada Allah. Kunci hidup saya yaitu kesabaran, kejujuran dan ketekunan,” jelasnya.

Baca juga: Jadi Pelakor Suami Vanessa Angel, Mayang Sary Bilang Rasanya Mantap!

Haji Suradi Prutul merupakan anak kelima dari delapan bersaudara. Tujuh saudaranya tidak ada yang lulus Sekolah Dasar. Namun, ia mampu menempuh pendidikan hingga strata II atau magister di bidang ilmu pendidikan.

Diberitakan sebelumnya, Haji Suradi Prutul sudah memesan peeti mati untuk dirinya dan sang istri sejak 2010. Peti mati itu dipesan dari salah satu toko di Krisak, Desa Singodutan. Peti itu terbuat dari dari kayu jati berkualitas super dengan harga Rp10 juta ditambah biaya pengecatan Rp2,5 juta. Jadi, total harga kedua peti tersebut sebesar Rp25 juta.

Baca juga: Kisah Cinta Gibran – Selvi: Ketemu di Solo, Bersemi di Negeri Singa

Menariknya, saat ini peti mati tersebut dipajang di ruang tamu Haji Suradi Prutul sebagai meja. Jika dilihat secara sekilas, meja kayu yang ditutupi taplak itu memang tidak seperti peti mati.

Sementara itu, peti yang disiapkan untuk Sularmi, berada di ruang tamu, namun tidak digunakan untuk meja. Meski begitu, peti mati itu tetap ditutup dengan taplak meja. Kedua peti itu berwarna cokelat tua pekat. Di peti, terdapat ukiran dan setiap sisinya ada tulisan arab bertuliskan istighfar (Astagfirullahal’adzim) dan tahlil (Laailahailallah).

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya