SOLOPOS.COM - Suasana diskusi daring yang digelar Harian Jogja dengan tema Pandemi Tak Kunjung Selesai, Kualitas Pendidikan Jangan Sampai Menurun, pada Rabu (11/8/2021). (harianjogja.com/Yosef Leon)

Solopos.com, JOGJA — Kualitas pendidikan di Daerhah Istimewa Yogyakarta dinilai menurun seiring makin berkepanjangannya pandemi Covid-19. Hal itu tercermin dari perolehan nilai Asesmen Standarisasi Daerah (ASPD) murid SMP di sejumlah Kabupaten/Kota di DIY yang disebut menurun dibandingkan tahun lalu. Penurunan ini juga disinyalir akibat dampak dari diterapkannya pembelajaran jarak jauh (PJJ).

“Mutu pembelajaran itu memang harus ditingkatkan dan wajib menjadi fokus yang dibenahi. Kalau kami ukur dari nilai ASPD SMP yang akan mau ke SMA/SMK kemarin itu waktu PPDB disparitas dan penurunannya sangat terlihat. Kita ya harus akui bahwa PJJ ini output-nya memang kurang membanggakan,” kata Wakil Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) DIY, Suhirman, dalam diskusi daring yang digelar Harian Jogja dengan tema Pandemi Tak Kunjung Selesai, Kualitas Pendidikan Jangan Sampai Menurun, Rabu (11/8).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Menurut Suhirman, kualitas pendidikan yang menurun dan kesenjangan yang begitu kentara itu disebabkan oleh minimnya pendampingan belajar di luar jam sekolah. Masih banyak murid yang tidak mendapat akses pembelajaran tambahan di luar jam sekolah. Sehingga menyebabkan nilai ASPD murid antar- Kabupaten/Kota begitu timpang.

Nilai ASPD tertinggi pada tahun ini masih diraih oleh Kota Jogja dengan angka rata-rata 50,68 dari empat mata pelajaran yang diujikan. Kemudian disusul Sleman dengan nilai 47,35, Bantul 46,03; Kulonprogo 43,04; dan Gunungkidul 39,44. Jika dirata-ratakan, nilai ASPD murid seluruh DIY hanya mencapai angka 45.

Disdikpora telah melakukan penyesuaian dan juga adaptasi dalam PJJ agar dapat diikuti secara optimal oleh para murid. Misalnya saja dengan mengoptimalkan aksesibilitas dengan memperhatikan aspek pendidikan yang meluas, merata, dan berkeadilan. Kemudian, pendampingan guru agar materi dan bahan ajar dibuat seoptimal mungkin di masa PJJ ini.

“Baik itu mutu perencanaan pembelajaran, mutu dalam penyampaian, dan evaluasi telah kami susun sedemikian rupa agar PJJ ini juga berdampak optimal bagi murid. Kami juga telah bantu 128 perangkat Wifi dengan anggaran Rp5 miliar guna menguatkan aspek teknologi di sekolah demi menyukseskan PJJ ini,” ungkapnya.

Baca Juga: Vaksinasi Dosis Ketiga Nakes di Kulonprogo Urung Dilakukan

Blank Spot

Anggota DPRD DIY, Sukron Muttaqien, menyampaikan ada sejumlah hal yang menyebabkan kualitas pendidikan murid di masa pandemi ini menurun. Selain perangkat pendukung yang belum memadai dan tidak semua murid memiliki gawai, pemerataan jaringan internet di wilayah DIY disebut dia juga belum terpenuhi secara optimal.

“Masih ada blank spot, misalnya di Gunungkidul atau Kulonprogo. Ini memang menjadi pekerjaan bersama dan perlu pemerataan,” katanya.

Dia juga mengusulkan agar ada pendampingan yang serius kepada para murid lewat tenaga mahasiswa yang tengah menempuh program KKN. Mahasiswa itu nantinya bisa membuat sistem dan metodologi pembelajaran yang terukur agar kualitas pendidikan murid bisa tetap optimal di masa PJJ ini.

“Kita sempat sampaikan, untuk diterjunkan relawan dari mahasiswa yang KKN untuk mendampingi murid selama PJJ ini. Mereka nantinya membuat sistem pembelajaran yang mendukung serta menjadi pendamping belajar murid,” jelasnya.

Baca Juga: Ada Rentetan 21 Kali Gempa Bumi di DIY, Ini Penjelasan BMKG

Sementara siswa kelas XII MIPA 2/12 SMA Kolese De Britto Jogja, Fransiscus Bhaskara mengakui sempat kesulitan dalam PJJ di awal masa pandemi. Sebab, murid memang perlu beradaptasi secara penuh dengan sistem pembelajaran yang sama sekali belum pernah diterapkan.

“Tak jarang pula terdapat kesalahpahaman antara murid dengan guru, guru dengan orang tua atau dengan sekolah. Namun seiring dengan berjalannya waktu murid mulai beradaptasi dan sekolah juga telah mulai menemukan sistem yang pas dalam penerapan PJJ,” katanya.

Namun, hal itu bukan berarti PJJ tidak memberikan dampak bagi para murid. Ia merasakan secara sosial tidak menemukan dinamika yang sama dibandingkan dengan di waktu pembelajaran normal. “Memang secara akademik dan sistem pembelajaran murid tidak menemukan kendala yang signifikan. Sebab, semuanya telah tertata dengan optimal di sekolah kami. Tapi kalau secara sosial murid berdampak. Karena kami tidak pernah bertemu secara langsung dengan teman atau guru. Sehingga dinamika sosial yang secara alami dapat membentuk pola pikir tidak tercapai,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya