SOLOPOS.COM - Waspadai komorbid pada anak. (Ilustrasi/Freepik)

Solopos.com, SOLO--Orangtua perlu mengetahui dan mewaspadai sejumlah komorbid pada anak lantaran hal ini bisa memicu kematian saat mereka terinfeksi Covid-19. Apalagi penyakit penyerta ini jarang terdeksi.

Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Aman B. Pulungan menyampaikan komorbid yang tak terdeteksi membuat kematian anak akibat Covid-19 tinggi. Sebagaimana data IDAI, 1 dari 8 kasus Covid-19 adalah anak-anak.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sejumlah komorbid pada anak antara lain malnutrisi, obesitas, kelainan bawaan cerebral palsy, dan TBC. Sayangnya tak semua penyakit penyerta itu terdeteksi sejak dini.

Selain komorbid pada anak, ada penyebab lain yang memicu tingginya angka kematian akibat Covid-19 di kelompok usia ini. Apa sajakah penyebab lainnya? Simak ulasannya di info sehat kali ini.

Berdasarkan data, sebanyak 3 sampai 5 persen anak meninggal dunia akibat Covid-19 dan separuhnya adalah balita. Artinya, kematian paling tinggi akibat Covid-19 pada anak adalah balita (50 persen). Kemudian kematian pada kelompok usia 10-18 tahun, yaitu 30 persen.

Baca Juga: Anak Rentan Stres Selama Pandemi, Begini Cara Mengatasinya

"Anak juga bisa sakit dan meninggal karena Covid-19. Ini tergantung komorbid yang dimiliki anak. Ada yang berbeda antara komorbid anak dengan dewasa," jelas Aman saat konferensi pers seperti mengutip laman Liputan6.com, Selasa (29/6/2021).

"Salah satu komorbid pada anak, yakni malnutrisi, obesitas, kelainan bawaan cerebral palsy, dan tuberkulosis [TBC], yang kadang tidak terdeteksi. Jadi, akhirnya inilah [komorbid] yang memperberat tingginya angka kematian Covid-19 pada anak."

Angka kematian Covid-19 pada anak di Indonesia, menurut Aman B. Pulungan, termasuk tertinggi. Ini karena pelayanan kesehatan tengah mengalami kesulitan.

Dari total kasus Covid-19 di Indonesia, sebanyak 12,6 persen (250.000) berasal dari kelompok usia anak. Proporsi terbesar berada pada kelompok usia 7 tahun-12 tahun (28,02 persen), diikuti oleh kelompok usia 16 tahun-18 tahun (25,23 persen), dan 13 tahun-15 tahun (19,92 persen).

Jika dilihat persentase angka kematian anak akibat Covid-19 kelompok usia nol sampai 2 tahun (0,81 persen), diikuti oleh kelompok usia 16 tahun-18 tahun (0,22 persen), dan 3 tahun-6 tahun (0,19 persen).

Baca Juga: Penderita Asma Seperti Jane Shalimar Wajib Waspada Sebelum Terinfeksi Covid-19

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Profesor Cissy Kartasasmita, menyatakan bahwa tidak menutup kemungkinan kalau pasien anak ada yang bergejala berat, masuk ICU, hingga sampai meninggal dunia akibat Covid-19. “Biasanya karena memiliki penyakit lain sebelumnya seperti komorbid atau kurang gizi. Fatalitas di negara lain sebenarnya cukup rendah meski dalam hasil studi di Indonesia kita tinggi,” ujar pria yang juag dokter spesialis anak itu, belum lama ini.

Selain komorbid pada anak, penyebab tingginya angka kematian akibat Covid-19 di kelompok usia ini adalah terkait pelayanan kesehatan. Pasien Covid-19 yang membludak berimbas terhadap pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan berjalan kurang optimal. Selain itu, kesenjangan tes PCR antar daerah juga menyebabkan angka kematian anak akibat Covid-19 tinggi.

Saat ini tes PCR yang dilakukan di Indonesia hanya beberapa provinsi yang sesuai dengan ketentuan WHO. "Jadi, jangan hemat-hemat PCR termasuk pada anak. Akhirnya, kasus Covid-19 ini tidak terdeteksi. Jika tidak dilakukan tes PCR pada anak, sementara mereka menunjukkan gejala, maka bahaya long Covid-19 akan mengancam," jelasnya.

"Sekitar empat hingga delapan bulan ke depan, anak bisa jadi akan merasa lemas, tidak bisa konsentrasi, nyeri, dan gejala long Covid-19 lainnya," paparnya.

Baca Juga: Viral Kisah Istri Mantan Pejabat yang Kini Jadi Buruh, Bukti Roda Kehidupan Bisa Berputar

Oleh karena itu, testing pada anak-anak juga perlu digencarkan. "Anak juga bisa kena Covid-19," ingat Aman.

Karena itu IDAI mengimbau agar orangtua menghindari membawa anak keluar rumah, kecuali dalam keadaan mendesak. Apalagi angka Covid-19 di Indonesia sedang naik. Apalagi ada kecenderungan varian Delta menular kepada anak-anak, terutama usia di bawah 18 tahun.

"Kami mengimbau segala kegiatan yang melibatkan anak usia nol sampai 18 tahun diselenggarakan secara daring, hindari membawa anak keluar rumah, kecuali dalam keadaan mendesak," kata Aman.

"Anak juga harus mematuhi protokol kesehatan serta lengkapi imunisasi rutin. Kemudian berikan nutrisi utama bagi anak. Penuhi hak hidup anak," tegasnya.

Jurnal medis lain dari RSUD Mataram, NTB dengan judul Characteristics and Outcomes of Children with Covid-19 in West Nusa Tenggara Province, Indonesia yang menyebutkan bahwa fatalitas kasus Covid-19 pada anak karena terlambatnya datang ke pelayanan kesehatan, adanya penyakit lain, dan akses ke pelayanan kesehatan yang sulit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya