SOLOPOS.COM - Pengusaha anyaman mendong, Tugimin, 52, warga di Dukuh Kowang, Desa Ngargotirto, Sumberlawang, Sragen, menunjukkan produk keranjang mendong yang sudah masuk pasar ekspor, Senin (8/11/2021). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Meski hanya memiliki ijazah kejar paket B atau setara SMP, Tugimin, 52, sukses menjadi pengusaha yang mampu mempekerjakan 200 warga hanya dengan berbisnis keranjang mendong. Namun, produk buatan Tugimin telah tembus pasar ekspor, yakni ke Korea Utara (Korut) dan Singapura.

Namun, produk yang dibuat Tugimin tidak hanya keranjang mendong. Ia memiliki 24 varian produk kerajinan lain dengan bahan alami. Ia tidak hanya mengandalkan bahan mendong yang didatangkan dari Demak, tetapi juga mencoba bahan lain, seperti enceng gondok, rumpuh gajih, dan gedebok pisang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Bahan yang tersedia di Sumberlawang hanya eceng gondok dan gedebok pisang. Sedangkan untuk rumput gajih didatangkan dari Nusa Tenggara Timur maupun Nusa Tenggara Barat. Ada juga rumput paksit dari Sulawesi yang juga dibuat untuk produk kerajinan.

“Dari perhitungan bisnis, yang paling menguntungkan produk berbahan mendong. Saya order mendong itu empat kali setahun. Sekali order itu satu kontainer senilai Rp60 juta. Satu kontainer itu bisa habis dalam tiga bulan dan bisa menghasilkan 3.000 set keranjang mendong. Produk keranjang itu diekspor ke Korea Utara setiap bulan 250-300 set dan ke Singapura setiap dua bulan sekali sebanyak 250-300 set. Kami mencoba jajaki pasar Australia tetapi terkendala pandemi Covid-19,” ujar Tugimin.

Dia menerangkan sebenarnya ada juga pesanan dari Abu Dhabi untuk produk bingkai kaca dengan bahan rumput gajih sebanyak 500 buah, tetapi pengerjaannya lebih sulit dan harganya murah.

Tiga tahun lalu, Tugimin pernah berkunjung ke Afrika sembari membawa produk makanan olahan untuk menjajaki pasar, yakni salah satunya krispi tiwul. Ternyata respons Afrika untuk krispi tiwul ini banyak, tetapi terkendala dalam pengiriman dan keterbatasan bahan baku.

Baca Juga: Viral, Pemotor Nekat Hentikan Bus Ngeblong di Sumberlawang Sragen

“Sekarang krispi tiwul itu diproduksi teman di Wonogiri dengan memberdayakan warga di lima kecamatan. Dulu memang kami yang membuka pasar di Afrika. Satu kemasan krispi tiwul seberat 20 gram itu masuk kontainer harganya Rp45.000/bungkus. Harga kripsi tiwul itu lebih mahal dari seekor ayam Jawa Super dengan bobot 0,8 kg senilai Rp40.000,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya