SOLOPOS.COM - ilustrasi (JIBI/dok)

ilustrasi (JIBI/dok)

ilustrasi (JIBI/dok)

Solopos.com, SOLO—Kalangan pengembang perumahan menilai momen Lebaran tahun ini belum signifikan mendongkrak penjualan properti di Solo dan sekitarnya.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kondisi ini berbeda dengan momen pasca Lebaran tahun lalu. “Memang Lebaran tidak bisa dikaitkan secara langsung dengan penjualan properti. Tetapi, tahun lalu kondisi ekonomi nasional dan global sangat mendukung, sehingga penjualan properti saat itu moncer. Berbeda dengan tahun ini, dan kami menyebutkan penjualan properti saat ini sangat lesu,” kata Ketua Asosiasi Real Estate dan Broker Indonesia (Arebi) Jateng, Susanto, Senin (19/8/2013).

Susanto menyebutkan ada beberapa hal yang membuat pasar properti pertengahan tahun ini lesu. Yang pertama karena suku bunga bank terus beranjak naik. Selain itu, akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dua bulan lalu, telah berdampak pada kenaikan harga kebutuhan. “Jadi pasar saat ini cenderung menunda pembelian rumah.”

Menurut Susanto, pada Agustus ini nyaris tidak ada transaksi properti. “Yang jelas memang sekarang banyak faktor yang mempengaruhi penurunan transaksi properti. Itu tidak ada kaitannya dengan Lebaran atau tidak. Ada pemudik atau tidak, tapi kondisi ekonomi saat ini sangat kurang mendukung.”

Sektor properti, kata dia, adalah salah satu sektor yang sangat sensitif dengan situasi moneter. Sampai sejauh mana masyarakat bisa beradaptasi, itu pun harus menyesuaikan perkembangan ekonomi global. “Kalau BI Rate tidak naik lagi, mungkin situasinya akan sedikit membaik.”

Kabid Hubungan Perbankan Real Estate Indonesia (REI) Solo, Anthony Hendro, menyebutkan penjualan properti pascalebaran terbilang stabil, baik penjualan rumah baru maupun secondary market. Memang tidak ada kenaikan yang signifikan di bulan Agustus. Karena proyeksinya puncak penjualan properti akan terjadi pada Oktober-November.

Pemilik Era Athaya ini juga masih optimistis bisa menjual rata-rata tujuh hingga delapan unit rumah sederhana dan empat hingga lima unit rumah komersial per bulannya. “Seperti proyek kami di Tirtasani Palur, saat ini malah ada waiting list sekitar 50 unit.”

Diakui Anthony, memang ada sedikit hambatan untuk pasar properti di semester II tahun ini. Yaitu harga rumah yang diperkirakan bakal terkerek naik mengikuti kenaikan harga material akibat kenaikan harga BBM. “Saat ini rata-rata kenaikan harga bahan material sudah mencapai 30%. Tentunya harga rumah akan ikut naik.”

Justru semestinya, lanjut Anthony, saat ini adalah momen pasar untuk membeli rumah. “Mumpung bunga kredit pemilikan rumah (KPR) masih terjangkau. Bunga bank rata-rata masih sekitar 7%-9% fix dua tahun.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya