SOLOPOS.COM - ilustrasi

ilustrasi

SLEMAN—Penolakan adanya kelas akselerasi di Sleman mendapat dukungan dari SMP RSBI di kabupaten tersebut.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala SMPN 4 Pakem, Woro Triwulan Ambarwati mengungkapkan, pihaknya tidak tertarik untuk menyelenggarakan kelas akselerasi di sekolah setempat. Alasannya, mempertimbangkan sisi psikologis siswa. Menurutnya, peerkembangan siswa tidak hanya didasarkan pada IQ semata melainkan juga perkembangan bidang lainnya secara menyeluruh.

“Jadi ada keseimbangan antara otak kanan dan kiri,” ujarnya kepada Harian Jogja, Senin (25/6).

Ia menambahkan, waktu tiga tahun sudah pas untuk mendapat materi sekolah menengah pertama, termasuk eksplorasi siswa dalam kegiatan-kegiatan lain di luar akademik, seperti ekstrakurikuler. Woro khawatir, jika siswa dibebani dengan pemadatan materi maka akan terhambat dalam pengembangan potensi lainnya.

Ia menganalogikan, memberi materi pelajaran kepada siswa, seperti memberi makanan pada bayi, sehingga harus disesuaikan dengan porsinya. “Tidak mungkin memberi minum bayi langsung satu gelas besar,” tuturnya.

Pertimbangan lain, sambung Woro, kelas akselerasi dianggap menciptakan kesenjangan di antara para siswa. Ia menilai, dalam satu atap harus berjalan bersama. “Yang kurang secara akademik dibantu, dan yang sudah baik dipertahankan,” tegasnya.

Kabid Kurikulum dan Kesiswaan Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Sleman, Sri Wantini mengungkapkan, belum ada satu pun sekolah yang mengajukan permohonan untuk membuka kelas akselerasi. Salah satu syarat utama membuka kelas akselerasi adalah siswa harus memiliki IQ minimal 130. (ali)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya