SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Dalam tulisan ini saya akan lebih mempertegas kompetensi pendidikan yang harus kita hadapi di era globalisasi. Pada dasarnya yang kita sekarang ini sebenarnya bukan kondisinya, tapi pada kualitas persaingan di antara bangsa-bangsa.

Singkatnya, saat ini kita sedang berada dalam arena kompetisi kehidupan. Oleh karena itu, dalam menghadapinya, kita tak ingin menonjolkan kondisi yang akan kita hadapi, melainkan lebih bermakna pada kenyataan hidup yang harus kita rebut.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Berdasarkan ilustrasi itu, saya rasa kita perlu menetapkan indikator kemampuan kita agar kita dapat merebut kompetisi antar bangsa itu, khususnya di Asia. Menurut saya, kriteria yang perlu kita miliki agar kita mampu merebut kompetisi di antaranya adalah: membangun individu belajar.

Kita harus membangun kreativitas, kita harus membangun kemandirian, kita harus membangun kerjasama fungsional, membangun rasa percaya diri, membangun kemampuan dan membangun etos kerja. Agar kita mampu membangun itu semua, maka lembaga pendidikan kita harus dibenahi.

Ekspedisi Mudik 2024

Lembaga pendidikan harus benar-benar mengabdi pada kepentingan bangsa untuk menyiapkan generasi bangsa dan menghindari kepuasan sesaat. Agar pendidikan kita mampu menegakkan fungsi itu, sekolah kita di antaranya harus: memiliki kemerdekaan berbuat yang terbaik, bersistem manajemen terbuka dan membuka kebersamaan dengan semua unsur sekolah.

Pendidikan haruslah School Based” atau “Community Based” manajemen, mewujudkan keterpaduan, menggunakan pendekatan ekologi pendidikan, menegakkan keadilan dan kebenaran dan menghindari pamrih-pamrih atau motivasi hedonistis. Saya rasa, terbentuknya individu belajar melandasi terwujudnya masyarakat belajar, yang sangat penting untuk menghadapi era global.

Lebih-lebih era global yang kita hadapi ini dapat dikatakan sangat telanjang. Kita tak punya proteksi terhadap hal tertentu yang kita pandang lemah. Ketelanjangan kita terhadap kelemahan kita sendiri di mata dunia ini, akan menjadikan kita terinjak- injak bangsa lain. Kreativitas, berguna menyiapkan manusia Indonesia untuk paling tidak, mampu berpikir alternatif dan mampu berpikir ke depan.

Dua macam kekuatan ini sangat menentukan kualitas kita dalam mempertahankan dan mengembangkan eksistensi kehidupan berbangsa kita. Kita berada dalam budaya berpikir logis dan linier, sehingga harapan yang kita dambakan itu memerlukan pergeseran berpikir.

Selain berpikir logis dan linier ini dapat menjebak kita pada jurang kematian, juga kita tak mampu mengelola konfl ik yang terjadi di masyarakat, sehingga kita hanya mampu mengelola konflik itu dengan kekerasan, karena cara ini yang paling dekat dengan pemenuhan kepuasan seseorang.

Perbedaan selalu dipandang sebagai lawan, anarkisme dipandang sebagai alat pemuas, massa dipandang sebagai kebanggaan, yang kesemuanya menjauh dari wawasan dan tindakan kreatif. Kemandirian lawan dari ketergantungan. Posisi budaya kita sekarang ini adalah pada posisi ketergantungan, baik sosial maupun ekonomi.

Persepsi kerja kita sangat subjektif, kerja dianggap datang dan pulang di tempat kerja tepat waktu, di tempat kerja tidak menghasilkan apa-apa. Kerja artinya diperintah, sehingga bila tak ada perintah artinya tak ada pekerjaan.

Ia tak mampu menciptakan pekerjaan yang seharusnya jadi tanggung jawabnya. Budaya itu hanya dapat diatasi dengan menumbuhkembangkan kemandirian pada generasi bangsa kita.

Percaya diri
Menurut pengalaman yang dituturkan dalam Quantum Learning, percaya diri jadi segala-galanya, karena menjadi dasar keberhasilan manusia di manapun ia berada. Percaya diri hanya dapat tumbuh melalui aktivitas nyata.

Dari kegiatan itu, peserta didik dapat ambil pengalaman berharga, terutama bagaimana cara peserta didik kita dapat jadi manusia yang berhasil terhadap pekerjaan yang dihadapi, baik dalam dunia pendidikan maupun dunia kerja.

Budaya kita sekarang adalah budaya tergantung, sehingga kita harus menggeser budaya kita ini ke arah budaya mandiri yang dilandasi rasa percaya diri yang kuat. Budaya belajar kita sekarang ini adalah budaya suap yang menghasilkan manusia-manusia penghafal dan menjadi makelar pengetahuan. Membangun kemampuan seirama dengan membangun rasa percaya diri dengan perbuatan.

Ekologi pendidikan
Prinsip ekologi pendidikan, mutlak digunakan saat ini. Bila pendidikan adalah kondisi yang dapat menimbulkan perubahan perilaku anak, maka penciptaan kondisi yang mendidik sangat dibutuhkan, terutama tentang kedisiplinan.

Saat ini, disiplin sering hanya dibatasi disiplin pada waktu. Sekolah menutup pintu gerbangnya bila telah sampai batas waktu masuk kelas. Siswa harus lapor pada petugas bila ia datang melampaui batas waktu masuk kelas, dll. Padahal disiplin dalam praktek tak hanya terbatas pada waktu.

Justru bagaimana orang displin manfaatkan waktu dan hal ini dapat dilihat dari produktivitas kerja mereka. Saya berpendapat, anak-anak kita harus diajak seobjektif mungkin tampil secara adil dan benar.

Membuat sebuah Contoh atau tauladan adalah guru terbaik untuk itu. Oleh karena itu agar anak dapat tampil adil dan benar, maka ia harus merasakan perlakuan adil dan benar dari orang lain terhadap dirinya. Dalam hal ini perilaku guru dan sekolah yang benar dan adil ini harus dapat dirasakan mereka sehari-hari.

Oleh Prof. Djohar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya