SOLOPOS.COM - Ilustrasi perdamaian

Sekolah Jogja mengenai pendidikan keberagaman.

Harianjogja.com, JOGJA-Sekolah Menengah Atas Bopkri Satu (SMA Bosa) Jogja mengembangkan pendidikan interreljius di sekolah. Pendidikan ini diharapkan dapat membantu siswa untuk lebih mudah melihat persoalan-persoalan kemanusiaan sebagai persoalan bersama, apapun latar belakang masalah tersebut.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Waka Hubungan Masyarakat SMA Bosa Jogja Sartana pada Kamis (24/6/2016) menjelaskan, pendidikan interrelijius ini berakar pada kesadaran pentingnya pendidikan multikultur di Indonesia. Pendidikan ini mempelajari lingkup keindonesiaan, sehingga bukan membahas soal praktik-prkatik menjalankan kepercayaan atau keagamaan. Sartana mengungkapkan, isu perbedaan keagamaan adalah isu dahsyat di Indonesia, sehingga sekolah ingin mendampingi siswa sejak awal, bahwa perbedaan yang ada tidak bisa dihilangkan, melainkan harus menjadi sebuah rahmat.

Ekspedisi Mudik 2024

“Pelaksanaan akan penuh dialog mengenai persoalan kehidupan, yang pembahasannya bisa diambil dari nilai agama yang dipercayai, konteksnya adalah perjumpaan anak yang berbeda adalah dialog dengan materi yang kita berikan. Boleh belajar dari agama lain, tapi tidak boleh mengkritisi, idak boleh mendiskusikan dogma agama, karena keyakinan dan kepercayaan adalah milik pribadi yang perlu dihargai,” kata dia, di sela Buka Puasa Bersama SMA Bosa bersama sejumlah wartawan.

Pendidikan interrelijius diberikan kepada siswa kelas X, XI dan XII. Sistem yang dalam kurikulum masuk pada mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti ini konsepnya adalah tiap proses pembelajaran di kelas, yang menekankan pada diskusi dan dialog. Siswa akan didampingi fasilitator, mereka berdiskusi, presentasi, dan menarik kesimpulan dari dialog yang dilakukan. Pada pekan kelima siswa melakukan observasi ke lapangan dan presentasi, nilai berasal dari aktivitas keseharian baik tanggapan, pertanyaan, aktivitas diskusi, presentasi, kesimpulan, observasi. Pelajaran yang mulai secara resmi dijalankan pada Tahun Pelajaran 2016/2017 ini digelar sekali dalam sepekan, satu kali pertemuan tiga jam pelajaran. Nilai pendidikan interrelijius pada rapor masuk pada Pendidikan agama dan budi pekerti hanya konten yang berbeda.

“Ujian bentuknya presentasi dengan sebuah tema tertentu. Sesungguhnya embrio sistem pendidikan intereliji ini sudah dimulai dari 2001,” ucapnya.

Kepala SMA Bosa Andar Rujito menuturkan, kehadiran pendidikan interreliji di SMA Bosa menjadi langkah yang diambil Bosa karena sekolah atau lembaga pendidikan memiliki kesempatan untuk memiliki ciri khas. Pendidikan interreliji ini merupakan wujud SMA Bosa untuk menciptakan suasana pendidikan aman, nyaman, menyenangkan. Mengingat siswa SMA Bosa berasal dari beragam daerah, latar belakang budaya dan agama.

“Kami ingin mereka tidak merasa kehilangan identitas dirinya sebagai seorang muslim, kristiani, hindu, dan lainnya. Identitas itu tetap ada dan diakui keberadaan sesuai keyakinan mereka. Hanya saja sejak awal mereka diajak melihat untuk melihat persoalan dengan sudut pandang luas dan beragam itu,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya