SOLOPOS.COM - Sekolah Jakarta International School (JIBI/Antara)

Solopos.com, JOGJA — Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) DIY, Kadarmanta Baskara Aji, mengatakan sesuai aturan PP PP No.17/2010, sekolah internasional seharusnya tidak menerima siswa warga negara Indonesia (WNI). Alasannya, sekolah internasional tidak mengajarkan pengetahuan ke-Indonesiaan bagi siswanya.

Menurut Aji, sekolah internasional menggunakan kurikulum luar negeri dan bukan kurikulum pendidikan nasional. Di sekolah tersebut, tidak diajarkan ideologi negara, Pancasila, kewarganegaraan, dan karakter kebangsaan Indonesia. “Jadi seharusnya siswa yang masuk ke sekolah internasional cukup siswa ekspatriat saja dan tidak menerima WNI,” ujar Aji di kantornya, Selasa (29/4/2014).

Promosi Kecerdasan Buatan Jadi Strategi BRI Humanisasi Layanan Perbankan Digital

Aji menuturkan sekolah internasional berbeda dengan sekolah nasional plus yang juga bertebaran di wilayah DIY. Sekolah nasional plus di DIY mengadopsi kurikulum pendidikan nasional meskipun terdapat tambahan kurikulum dari luar. Misalnya, sambung Aji, Cambridge International Curriculum, termasuk memberlakukan pembelajaran berbahasa Inggris. “Ada persyaratan yang harus dipenuhi WNI jika hendak belajar di sekolah internasional,” tandasnya.

Jika siswa WNI hendak bersekolah di sekolah internasional, sambungnya, seharusnya memiliki surat pernyataan khusus dari wali siswa yang menyatakan keinginan menyekolahkan. Selain itu mereka harus menyertakan pernyataan keinginan siswa tersebut. Kemudian ada surat dari Kemendikbud yang mengizinkan WNI bersekolah di sana. “Atau sekalian saja sekolah di luar negeri, daripada pribadi siswa tercerabut dari kebudayaan Indonesianya,” imbuh Aji.

Disinggung izin operasional sekolah internasional, Aji menjelaskan, sesuai dengan PP No.17/2010 izin operasional dilakukan langsung oleh Kemendikbud. Kewenangan pengawasan materi pembelajaran pun berasal dari pusat. Namun, untuk izin bangun bangunan (IMBB) berada di kabupaten/kota. “Di DIY sendiri hanya ada satu sekolah internasional yakni Yogyakarta International School [YIS]. Kami belum cek keberadaan izinnya,” kata Aji.

Terpisah, Kepala KBTK Budya Wacana Emanuel Rustinarni menuturkan, di sekolah nasional plus tersebut siswa biasanya diajarkan kemandirian sejak dini untuk membentuk karakter mereka. Diharapkan para siswa bisa memperlakukan dan merawat tubuhnya sendiri dengan benar. “Selain guru, pembentukan karakter tersebut juga perlu dilakukan oleh orang tua. Orangtua tidak bisa melepaskan semua tanggung jawab pendidikan pada guru,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya