SOLOPOS.COM - Riski Ika Fauziah dan Relita Mahendarti, dua siswa SD Wonolagi Gunungkidul mengerjakan soal Ujian Nasional 2016, Selasa (17/5/2016). (Mayang Nova Lestari/JIBI/Harian Jogja)

Sekolah di Jogja masih menghadapi masalah yakni membanjirnya guru tidak tetap

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL– Permasalah pendidikan di Gunungkidul tak hanya seputar nilai akademik semata. Sebab masalah guru juga menjadi persoalan tersendiri.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Data dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY ditemukan fakta bahwa rasio guru dengan jumlah murid di Gunungkidul tidak ideal. Sebab perbandingannya untuk saat ini, seorang guru hanya mengampu sepuluh siswa. Padahal jika mengacu pada konsep rombongan belajar, harusnya satu guru minimal mengampu 20 murid.

Kepala Disdikpora DIY Kadarmanta Baskara Aji mengatakan, besaran rasio jumlah guru di Gunungkidul tidak lepas dari banyaknya guru tidak tetap. Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, penambahan guru ini meningkat tajam, bahkan jumlahnya melampaui guru PNS yang ada.

“Jika dibuat perbandingan, untuk saat ini satu guru PNS sama dengan 42 GTT,” kata Baskara saat menghadiri Seminar Nasional Memeringati Hari Guru Nasional dan HUT PGRI ke-71 di Bangsal Sewokoprojo, Kamis (17/11/2016).

Dia menjelaskan, akibat dari kondisi itu berpengaruh terhadap rasio guru terhadap jumlah murid. Hingga saat ini jumlah guru dari satuan tingkat pendidikan dasar sampai menengah, perbandingannya seorang guru mengajar sepuluh orang siswa.

“Jelas ini kurang ideal. Sebagai contoh, jika dalam kelas ada 30 murid, maka dalam satu jam pelajaran terdapat asumsi dua per tiga guru tidak mengajar. Padahal di saat bersamaan ada tuntutan jam mengajar 25-40 jam setiap minggu,” paparnya.

Dampak lain dari kondisi ini, maka berpengaruh terhadap kebijakan di tingkat pusat. Baskara menuturkan, bahwa dengan kondisi yang kurang ideal itu di Gunungkidul dan DIY secara keseluruhan dianggap tidak kekurangan jumlah guru.

“Semua pukul rata dari GTT, guru tetap hingga PNS. Padahal sesungguhnya tidak begitu karena kita masih kekurangan guru. Untuk itu, masalah ini harus dipecahkan bersama,” tuturnya.

Sementara itu, Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Gunungkidul Bahron Rasyid tidak menampik saat ini banyak GTT yang mengajar di Gunungkidul. kendati demikian, kondisi ini tak membuat jumlah guru yang dimiliki mencukupi.

Adanya asumsi rasio guru dengan murid yang tak berimbang lebih mendasar kepada tata kelola yang masih belum baik. Sebagai dampaknya, terlihat jumlah guru yang melimpah, padahal jika dilihat dari kondisi nyata masih ada kekurangan. “Secara akumulasi kami masih kekurangan sekitar 800 orang guru,” kata Bahron.

Dia menjelaskan, perbedaan antara data yang ada dengan jumlah kebutuhan guru harus diperbaiki. Salah satunya dengan jalan memperbaiki tata kelola yang ada sehingga data yang tersaji bisa valid dengan kondisi di lapangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya