SOLOPOS.COM - Ilustrasi pungutan (JIBI/Solopos/Dok.)

Sekolah Bantul menggalang dana untuk membeli sebuah mobil.

Harianjogja.com, BANTUL-Biaya pendidikan yang tinggi ternyata tak membuat pihak sekolah berhenti melakukan pungutan yang tak seharusnya kepada siswa. Salah satu buah pungutan itu adalah pengadaan mobil sekolah.

Promosi Selamat Datang di Liga 1, Liga Seluruh Indonesia!

Hal itu dibenarkan sendiri oleh Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 3 Bantul Endah Hardjanto. Saat dihubungi wartawan, ia mengakui, pembelian mobil sekolah itu merupakan inisiatif dari pihak Dewan SMAN 3 Bantul pada awal tahun 2013 silam. Dijelaskannya, mobil bermerk Daihatsu Terios itu merupakan hasil swadaya dari pihak dewan sekolah. Selain itu, sumber dana pembelian mobil itu pun diakuinya juga berasal dari pungutan siswa.

“Setelah mereka beli, barulah mobil itu diserahterimakan kepada sekolah,” ungkapnya, Kamis (15/10/2015) siang.

Endah menegaskan, keberadaan mobil itu memang sangat membantu operasional sekolah, khususnya dalam hal transportasi siswa. Mobil itu, biasanya ia pakai untuk mengantarkan siswa yang memiliki keperluan di luar sekolah.

“Siswa kami sering mengikuti lomba di luar sekolah. Mobil itu sangat membantu,” akunya.

Kendati begitu, ia tak menampik bahwa mobil itu juga kerap digunakan sebagai sarana transportasi para guru untuk keperluan luar sekolah. Sebut saja misalnya untuk keperluan studi banding ke sekolah lain dan semacamnya.

Terpisah, pegiat dari Forum Peduli Pendidikan Bantul (FPPB) Zahrowi menyayangkan tindakan sekolah yang membeli mobil itu. Menurutnya, dengan alasan apapun, sekolah seharusnya tidak gegabah dalam melakukan pungutan. Terlebih jika pungutan itu dilakukan untuk hal-hal yang bersifat konsumtif.

Memang, pembelian mobil itu sama sekali tidak mencerminkan spirit pendidikan. Hal itu menurut Zahrowi lebih kepada upaya pihak sekolah menjaga eksistensi dan gengsi mereka sendiri. Itulah sebabnya, tak menutup kemungkinan, masih banyak sekolah yang melakukan hal tersebut.

Terlebih, pembelian itu justru diinisiatori oleh pihak dewan sekolah sendiri. Baginya, langkah dewan sekolah ini justru mencoreng muka mereka sendiri.
“Seharusnya dewan sekolah kan memberikan contoh yang baik tentang bagaimana menjunjung spirit pendidikan. Bukan malah memberikan contoh sikap konsumtif seperti ini,” keluhnya.

Itulah sebabnya, ia berharap agar pihak-pihak terkait agar kian meningkatkan intensitas pengawasannya. Ia khawatir, spirit pendidikan yang semakin terdistorsi itu menyebabkan merosotnya kualitas pendidikan di Bantul.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya