SOLOPOS.COM - Warung makan rica-rica daging anjing di Solo, Minggu (18/2/2018). (Nicolous Irawan/JIBI/Solopos)

Solopos.com Stories

Solopos.com, SOLO — Banyaknya penggemar kuliner olahan daging anjing di Kota Solo sepertinya memang bukan isapan jempol belaka. Warung kuliner daging anjing meski berjualan sembunyi-sembunyi atau dengan nama disamarkan hampir tiap hari ramai didatangi pembeli.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Solopos.com sempat mengunjungi salah satu warung olahan daging anjing di Solo, pada Kamis (22/9/2022). Warung itu berukuran cukup besar.

Ekspedisi Mudik 2024

Di warung dengan bangunan permanen itu tersedia 10 meja makan dan masing-masing meja makan memiliki enam tempat duduk. Ada satu pengunjung yang saat itu sedang menyantap olahan daging anjing di warung itu.

Sementara enam orang atau tenaga kerja terlihat beraktivitas sesuai bagian pekerjaan mereka. Para karyawan atau pengelola usaha langsung mendekat dan menyodorkan daftar menu ketika ada orang yang hendak masuk warung kuliner daging anjing di Solo itu. Terlebih jika orang tersebut merupakan pelanggan baru.

Hal itu supaya calon pelanggan tidak kecele atau salah masuk warung itu karena menu kuliner yang ditawarkan berupa olahan daging anjing. Selama berada di warung itu sekitar 45 menit, Solopos.com menghitung ada delapan orang yang datang membeli olahan daging anjing.

Baca Juga: Rantai Bisnis Perdagangan Anjing di Solo, Daerah Pemasok Masih Endemik Rabies

Ada yang dimakan di tempat dan ada juga yang dibungkus untuk dibawa pulang. Tersedia menu rica-rica dan daging goreng. Menu goreng terdiri dari potongan daging, kulit, serta iga anjing yang berukuran kecil seperti dadu.

Menu goreng disajikan dengan lalapan berupa selada, timun, dan sambal tomat mentah. Nasi putih dengan minuman teh atau jeruk melengkapi satu porsi daging anjing goreng itu. Daging anjing goreng itu sedikit lemak.

Pernah Berhenti Jualan Kuliner Daging Anjing

Daging dengan tulangnya mudah terpisah dan empuk. Satu porsi dengan nasi putih serta minum es teh dihargai Rp26.000. Masakan di warung itu habis menjelang pukul 16.00 WIB.

Pengelola warung yang enggan menyebutkan namanya kepada Solopos.com menjelaskan sudah cukup lama berjualan kuliner olahan daging anjing di Solo. Ia pun mengaku pernah beralih usaha menjual menu kuliner daging ayam dan itik, namun kemudian kembali lagi berjualan daging anjing.

Baca Juga: Menelisik Rantai Bisnis Perdagangan Anjing di Solo sampai Jadi Rica-Rica Gukguk

Ia enggan menjawab ketika ditanya Solopos.com alasannya beralih ke menu kuliner selain anjing namun kemudian kembali lagi berjualan menu daging anjing. Sementara itu, lurah setempat, J, mengatakan sepengetahuannya ada tiga warung kuliner olahan daging anjing di wilayah kelurahannya.

Satu di antaranya, yakni yang dikunjungi Solopos.com. Menurut J, warung itu termasuk luar biasa banyak pelanggannya, khususnya pada Jumat-Sabtu. Kondisi parkir hampir selalu penuh. Dia mengatakan dulu para pelanggan banyak yang dari luar kota jika dilihat dari pelat nomor kendaraannya.

kuliner anjing solo
Salah satu menu olahan daging anjing digoreng. (Solopos/Wahyu Prakoso)

Kondisi itu berubah sejak ada penangkapan penyelundup anjing di wilayah Sukoharjo beberapa waktu lalu. Belum lagi ramainya pemberitaan terkait daging anjing dan desakan agar pemerintah mengeluarkan larangan perdagangan daging anjing.

Ditambah lagi situasi pandemi Covid-19 membuat warung itu sepi. “Konsumen [mungkin] dulu nyaman namun sekarang [ada yang] terusik juga,” jelasnya kepada Solopos.com, Jumat (24/9/2022).

Baca Juga: Gibran soal Maraknya Kuliner Anjing di Solo: Pedagang-Konsumen Sama-sama Salah

Menurut J, saat sepi pembeli akibat pandemi, warung kuliner daging anjing di Solo itu pernah beralih usaha ke olahan daging ayam dan itik serati. Namun hal itu tidak bertahan lama. “Itu ayam sama mentok ya tidak bertahan lama. Kapannya saya enggak tahu persis, saya enggak nggatekne,” katanya.

Desakan Larangan Perdagangan Daging Anjing

Dia mengatakan warung itu beralih berjualan daging ayam dan itik sekitar tahun ini dan tak lebih dari setengah tahun kemudian kembali berjualan olahan daging anjing. Dia menjelaskan warung itu beralih usaha karena ada tekanan.

“Karena ada tekanan itu tadi beralih sendiri nyatanya enggak laku. Padahal ngopeni anak bojo. Ya tantangannya konsumen wong jualan kan modal. Kalau enggak ada pembeli kan rugi modal paling tidak 500 [Rp500.000 per hari]” jelasnya.

Seperti diketahui, desakan agar pemerintah melarang perdagangan daging anjing belakangan ini semakin gencar disuarakan masyarakat pencinta anjing maupun kucing. Menurut mereka, anjing bukan lah hewan konsumsi dan peredarannya yang dilakukan diam-diam tanpa pemeriksaan kesehatan rawan menyebarkan penyakit rabies.

Baca Juga: Akhirnya Bertemu Gibran, DMFI Akui Tak Mudah Larang Daging Anjing di Solo

Bahkan Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka pun sudah menyatakan komitmen untuk menghentikan perdagangan daging anjing. Menurutnya, tingginya konsumsi dan perdagangan daging anjing di Solo tidak selaras dengan branding Solo sebagai kota tujuan wisata budaya.

Wali Kota menyadari upaya menghentikan perdagangan daging anjing itu tidak lah mudah karena menyangkut banyak pihak, mulai dari pedagang, jagal, pemasok, hingga konsumen. Strategi yang dilakukan harus menyeluruh agar upaya menghentikan perdagangan daging anjing itu benar-benar berhasil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya