SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Sekelompok bocah cilik berusia sekitar delapan sampai 11 tahun terlihat antusias mengejar dan menyepak bola di Lapangan Margodadi, Seyegan, Rabu (28/9) sore. Beberapa di antaranya terlihat sudah memiliki kemampuan kontrol, menggiring dan menendang bola yang baik.
   
Mereka merupakan siswa baru Sekolah Sepak Bola (SSB) Angkatan Muda Seyegan (AMS). Para bocah itu belum lebih dari lima kali berlatih dalam SSB tersebut. Banyak di antara mereka yang tidak saling mengenal satu sama lain tapi begitu bermain bola, mereka terlihat kompak.
   
Di tepi lapangan, beberapa orang tua para siswa duduk-duduk santai sembari mengamati putra kesayangan mereka berlatih. Ikhwan misalnya. Pria asal Jowah, Sidoluhur, Godean itu mengaku sengaja memasukkan Dafa, 9, putranya ke SSB AMS, sejak Februari silam. “Kalau dilihat dari sejarah, AMS lebih punya link ke PSS daripada SSB lain,” ujarnya.
   
Pria yang mengaku mantan pesepak bola itu memang mencita-citakan putranya akan menjadi pemain profesional. Kebetulan, sang anak juga gemar menendang si kulit bundar dan memilih AMS sebagai tempat ia mengasah kemampuan.
   
Sejak berlatih di AMS, Ikhwan mengaku kemampuan bermain bola putranya semakin berkembang. “Di sekolah, kata guru-gurunya, kalau sudah menggiring bola susah direbut,” kisah Ikhwan. Ia juga menceritakan pada turnamen U-10 sampai U-12 yang diselenggarakan AMS beberapa waktu lalu, Dafa yang berpostur tinggi dan berposisi sebagai pemain belakangturut bergabung sampai berhasil meraih gelar juara bersama AMS.
   
Sedikit berbeda dengan Dafa yang sudah beberapa bulan bergabung dalam AMS, Dimas,10, baru sekali berlatih bersama SSB tersebut. Menurut ayahnya, Juwadi, warga Turgenen, Sumberagung, Moyudan, meskipun jarak tempat latihan AMS terbilang jauh dari rumahnya, ia berkukuh untuk mendaftarkan putranya ke SSB itu.
   
“Saya pilih AMS karena sudah terkenal, sering ikut turnamen dan banyak mencetak pemain sepak bola berbakat,” kata pria berkaca mata tersebut yang saat ditemui tengah duduk santai di atas sepeda motor miliknya. Kebetulan juga, salah satu pelatih AMS yakni Sunaryo masih terhitung sedarah dengan Jumadi.
   
Juwadi yang fanatik terhadap sepak bola ini memang berkeinginan agar putranya kelak bisa menjadi pemain sepak bola profesional.” Semoga bisa, tapi nggak tahu nanti,” senyumnya. Sebenarnya sedari kecil sang anak sudah gemar bermain sepak bola. Hanya saja, Juwadi baru memasukkan putranya ke SSB sekarang lantaran ia bersama istrinya kebingungan mengatur jadwal mengantarkan anaknya untuk berlatih.
   
Jika umumnya para orang tua yang putranya berlatih di AMS merupakan penggemar sepak bola, hal itu mendapat pengecualian pada diri Arti, warga Banyurejo, Tempel yang sore itu juga tengah menunggui Rifki, 10, putranya. “Saya tuh paling enggak suka sama sepak bola. Orang bilang tendangan pemain bola itu cantik, cantik apanya?” kata wanita berjilbab ini.
   
Namun, ketidakgemaran Arti terhadap sepak bola tidak menurun pada diri Rifki. Bocah tersebut sedari awal paling mencintai sepak bola, persis seperti ayahnya yang juga penggila bola. Setiap ada pertandingan sepak bola di televisi, putranya selalu menyempatkan menonton.
   
Sebenarnya sudah lama putranya ingin masuk SSB tapi Arti masih ragu, siapa yang bakal mengantarnya berlatih karena di sekitar rumahnya tidak ada SSB. Selain itu dia juga merisaukan kelak jika berlatih sepak bola, prestasi di sekolah akan jeblok.
   
Namanya juga hobi, tidak bisa dibendung walau apapun yang terjadi. Sepulang sekolah, Rifki kerap pergi dari rumah dan baru kembali petang hari.” Kalau ditanya dia selalu bilang pergi bermain bola. Ya sudah, daripada dia begitu terus lebih baik saya masukkan ke SSB biar bakatnya tersalurkan,” ujar dia.
   
Kata Arti meskipun baru tiga kali berlatih di AMS, Rifki sangat antusias. “Kegiatan lain seperti piknik sekolah atau jalan-jalan dia nggak mau ikut karena maunya ikut latihan bola,” ujarnya.
   
Sama seperti orang tua siswa lainnya, Arti mengharapkan agar putranya bisa menjadi pesepak bola handal, sesuai dengan cita-cita Rifki selama ini. “Apalagi AMS sekarang punya sponsor Harjo, biar bisa lebih maju lagi,” katanya.
   
Anggapan para orang tua tersebut memang benar adanya. AMS sudah banyak melahirkan pemain sepak bola berbakat. Nama salah seorang tim pelatih, Lafran Pribadi yang pernah membela panji PSS Sleman, menjadi jaminan kualitas pelatihan SSB tersebut.
   
Menurut Yuan, salah satu pelatih SSB AMS, pada latihan sore itu para siswa dibagi menajdi tiga kelompok sesuai tahun kelahiran, yakni kelompok yang lahir tahun 2001-2002, kelompok yang lahir tahun 2000 serta sisanya kelahiran 1999. Untuk siswa yang baru bergabung, materi latihan meliputi pengenalan bola, lari dan latihan fisik.” Setelah itu lebih banyak bermain bola, karena usia seperti itu memang maunya banyak bermain bola,” ujar Yuan.
   
SSB AMS, lanjutnya hingga kini masih membuka pendaftaran hingga Oktober mendatang bagi peserta didik baru, untuk dilatih menjadi pesepak bola handal. Syaratnya, berusia minimal delapan tahun, mengisi formulir. Setelah itu tiap anak akan mendapatkan fasilitas berupa sebuah bola, kostum dan tas.(Wartawan Harian Jogja/MG Noviarizal Fernandez)

HARJO CETAK

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya