SOLOPOS.COM - Sekretaris Daerah (Sekda) Sragen Tatag Prabawanto menjajal mobil listrik Hyundai Kona Electric di kompleks Rest Area 519A Jalan Tol Trans Jawa di Masaran, Sragen, Kamis (24/12/2020). (Moh. Khodiq Duhri/Solopos)

Solopos.com, SRAGEN -- Sekretaris Daerah (Sekda) Sragen, Tatag Prabawanto, mengklaim Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM mampu menekan penambahan jumlah kasus Covid-19 hingga 72%.

Karena itulah, Tatag yang juga Sekretaris Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Sragen itu setuju pembatasan tersebut diperpanjang. Perpanjangan PPKM masih menunggu instruksi gubernur.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hingga Minggu (24/1/2021) siang, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen belum menerima Ingub terkait perpanjangan PPKM. Tatag mengatakan saat ini sudah ada Instruksi Menteri Dalam Negeri No 02/2021 tentang Perpanjangan PPKM untuk Pengendalian Penyebaran Covid-19.

Baca Juga: Tokoh Pemuda Solo Ini Minta Pemerintah Kaji Ulang Perpanjangan PPKM: Fokus Vaksinasi!

Berdasarkan Instruksi Mendagri tersebut, PPKM Jawa Tengah diprioritaskan untuk wilayah Semarang Raya, Banyumas Raya, dan Kota Solo serta sekitarnya. Dalam konteks itu, Sragen atau Soloraya tidak disebut secara spesifik.

“Evaluasi PPKM Sragen cukup efektif karena terjadi penurunan penambahan kasus Covid-19 yang signifikan. Penurunannya sampai 70%-72%,” ujar Tatag kepada Solopos.com melalui telepon, Minggu (24/1/2021).

Penambahan kasus baru positif Covid-19 pada Minggu sore tercatat sebanyak 37 orang. Dengan tambahan itu, kumulatif jumlah kasus positif Covid-19 Sragen menjadi 4.137 orang.

Baca juga: Cawabup Terpilih Klaten Yoga Hardaya Dilaporkan ke Polisi, Apa Tanggapan Sri Mulyani?

Kasus Baru 37 Orang

Jumlah pasien yang sembuh bertambah sebanyak 37 orang sehingga totalnya menjadi 3.773 orang. Namun kasus kematian pasien Covid-19 tambah dua orang dari sehingga totalnya menjadi 163 orang.

Sementara itu, jika PPKM diklaim menurunkan jumlah kasus Covid-19, program ini justru dikeluhkan pedagang pasar tradisional Sragen karena menurunkan jumlah pembeli.

Seorang pedagang daging sapi Pasar Bunder Sragen, Tri Lestari, 49, mengeluh dagangannya tidak laku selama PPKM. Ia biasanya bisa menjual daging sapi itu sampai satu ekor sapi atau setara dengan 1,5 kuintal daging. Namun, sejak berlaku PPKM turun drastis.

Baca juga: 2 Acara Hajatan Dibubarkan Tim Cipta Kondisi Solo, Lurah Ngaku Kecolongan

“Sekarang satu ekor sapi itu dibagi dua orang pedagang, masing-masing 50 kg-75 kg. Meskipun dagangan dikurangi 50% ternyata baru habis 2-3 hari. Artinya, anjloknya bisa sampai 75%. Hal itu terjadi karena larangan orang hajatan,” ujarnya.

Pedagang daging sapi lainnya, Tukiyem, 50, juga sambat sepi pembeli. Tukiyem hanya menjual daging sapi porsi kecil karena hanya kulakan dari juragan. Ia mengatakan biasanya selama pandemi itu bisa habis 15 kg-20 kg, namun saat PPKM hanya laku paling banyak 5 kg.

“Banyak pelanggan saya yang tutup, seperti pedagang soto, bakso, dan warungan. Mereka pdagang malam. Mau buka pukul 17.00 WIB lalu pukul 19.00 WIB harus tutup, apa sudah laku? Makanya mereka memilih tutup,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya