SOLOPOS.COM - Ilustrasi tenaga kesehatan yang menangani Covid-19. (Reuters)

Solopos.com, SRAGEN — Masyarakat Kabupaten Sragen, Jawa Tengah dinilai tak acuh dengan persebaran Covid-19 di Sragen. Dulu pada awal muncul kasus Covid-19, pemerintah langsung menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) dan warga sigap melakukan penyemprotan disinfektan dan antisipasi lainnya.

Namun kini, dengan penambahan lima hingga tujuh kasus terkonfirmasi positif Covid-19 baru per hari, masyarakat seolah tidak merespons seperti awal-awal muncul Covid-19.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Penjelasan itu disampaikan Sekretaris Daerah (Sekda) Sragen Tatag Prabawanto saat ditemui wartawan di halaman Sekretariat Daerah (Setda) Sragen, Rabu (5/8/2020).

"Ya, masyarakat bersikap mbuh yak atau acuh tak acuh. Mereka merespons keadaan wabah Covid-19 yang meledak justru dengan sikap biasa, seolah tidak terjadi apa-apa. Kondisi seperti ini harusnya dipikirkan para petinggi negeri ini. Jadi ramai di awal tetapi di belakangnya dianggap lumrah," ujar Tatag.

Tragis! Ibu Rumah Tangga di Mamuju Tengah Diterkam Buaya

Sekda menilai situasi masyarakat Sragen yang masa bodoh terhadap persebaran Covid-19 itu kemungkinan disebabkan adanya kebijakan new normal dan diubah menjadi adaptasi kebiasaan baru sehingga hanya mengandalkan masyarakat mentaati protokol kesehatan.

Pada pratiknya, Tatag melihat kesadaran masyarakat untuk menaati protokol kesehatan masih rendah. Dia menyebut buktinya masih banyak yang menongkrong tanpa jaga jarak, masih banyak warga yang terjaring operasi pemakaian masker, dan lainnya.

"Di sisi lain, satuan tugas Covid-19 di tingkat desa juga tidak segiat pada awal-awal munculnya Covid-19. Saya tidak mendengar lagi ada kegiatan penyemprotan disinfektan di tingkat desa. Dulu ada bantuan program Jogo Tonggo dari Provinsi Jawa Tengah tetapi pada praktiknya di lapangan juga masih belum maksimal," ujarnya.

Perbanyak Swab Test

Dia mengatakan Pemkab Sragen praktis hanya bisa mengejar angka positive rate di angka 5% dengan memperbanyak swab test yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sragen. Dia mengatakan semakin banyak masyarakat hasil tracing yang menjalani swab test Covid-19, memang berisiko munculnya tambahan kasus positif baru tetapi juga mendorong angka positive rate mendekati angka 5%.

Tatag melihat ada peningkatan jumlah pelaku perjalanan (PP) yang jumlahnya mencapai 500 orang. Dia mengatakan pergerakan PP ini sulit terdeteksi karena kewaspadaan di tingkat desa juga berkurang. Dia mengatakan Satgas desa selama ini hanya mengantisipasi bila ada warganya yang reaktif atau non reaktif atau positif dan negatif.

Ngerasa Tidurnya Diganggu, Anak Hajar Ibu hingga Tak Bernyawa

Sementara itu, seorang anggota Satuan Polisi Pamong Paraja (Satpol PP) Sragen, Hendro, mencatat sejak 27 Juli-5 Agustus 2020 terdapat 288 orang yang terjaring operasi pemakaian masker di sejumlah daerah kecamatan. Jumlah warga yang tidak pakai masker dalam operasi masker rata-rata sebanyak 31-50 orang per hari.

Mereka mendapatkan pembinaan di Satpol PP dan kecamatan ketika mengambil kartu tanda penduduk (KTP).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya