SOLOPOS.COM - Sekda Pemkab Pamekasan Alwi Baek (Portalmadura.com)

Solopos.com, PAMEKASAN — Sekelompok aktivis mahasiswa yang tergabung dalam organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Kamis (28/11/2013), berunjuk rasa di Sekretariat Daerah Pemerintah Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur guna memprotes kasus pelecehan wartawan yang dilakukan Sekretaris Daerah Alwi Baek.

Aksi yang dilakukan PMII dan sejumlah lembaga pers mahasiswa dari berbagai kampus di Kota Pamekasan itu digelar sebagai bentuk solidaritas kepada wartawan. Sekda Alwi Baek saat menerima para dokter yang tergabung dalam organisasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Rabu (27/11/2013), mereka anggap telah melecehkan wartawan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ketua PMII Pamekasan Sidiq dalam orasinya menyatakan pernyataan Alwi yang menyebutkan wartawan sebagai “tukang peras” serta cenderung menjadikan kasus pelanggaran hukum sebagai “ATM berjalan” tidak pantas dilontarkan. Hal itu menurut mereka nakal memicu suasana kurang kondusif karena memperkeruh suasana.

“Wartawan adalah mitra semua pihak, termasuk mahasiswa dan pemerintah. Oleh sebab itu, jika ada yang melecehkan seperti yang telah dilakukan Alwi, jelas kami tidak menerima,” teriak Sidiq dalam orasinya.

Selain berorasi, para pengunjuk rasa ini juga membentangkan sejumlah poster dan spanduk yang antara lain bertuliskan, “Jangan Lecehkan Wartawan”, “Adili Alwi”, dan “Pecat Pejabat Lepas Kontrol”.

Menurut Sidiq, seharusnya, Sekda selaku pejabat publik bisa memberikan contoh perkataan yang baik, bukan malah menyampaikan pernyataan yang bisa memicu terjadinya konflik. Kalaupun ada tindakan yang memang terjadi seperti yang dilontarkan Sekda Alwi, yakni wartawan sebagai pemeras, menurut Sidiq itu jelas oknum.

“Sebab, setahu kami, wartawan itu dilindungi oleh undang-undang dalam menjalankan tugasnya,” katanya menambahkan.

Dalam aksi itu, sempat terjadi ketegangan antara para pengunjuk rasa dengan aparat Satpol PP Pemkab Pamekasan. Ketegangan terjadi karena para pengunjuk rasa itu tidak diperbolehkan masuk halaman setda pemkab. Setelah dilakukan negosiasi, para pengunjuk rasa ini akhirnya diperbolehkan masuk guna menyampaikan aspirasi secara langsung kepada Sekda Alwi Baek.

Sekda Alwi Baek sendiri sempat mengelak bahwa dirinya melontarkan pernyataan wartawan cenderung menjadikan kasus oknum pegawai negeri sipil (PNS) sebagai “ATM Berjalan” dan “Wartawan Pemeras”.”Itu tidak benar, saya tidak menyatakan seperti itu,” kilah Alwi dengan suara lantang.

Akan tetapi setelah ditunjukkan bukti rekaman atas pernyataannya, ia lalu mengakui, dan mengaku “khilaf” atas pernyataan yang disampaikan dalam forum dialog bersama para dokter itu. “Kalau begitu saya minta maaf,” kata Alwi.

Para pengunjuk rasa ini lalu meminta Sekda Alwi Baek menyampaikan permintaan maaf secara tertulis dan permintaan maaf melalui media massa, baik cetak maupun elektronik.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya