SOLOPOS.COM - BEREBUT JANUR -- Warga berebut janur atau daun kelapa yang menjadi penghias Bangsal Sekaten di Kompleks Masjid Agung Keraton Surakarta Hadiningrat, Minggu (29/1/2012). (JIBI/SOLOPOS/Sunaryo Haryo Bayu)

TABUH GAMELAN -- Abdi dalem Keraton Surakarta Hadiningrat menabuh gamelan Kyai Guntur Madu di Masjid Agung Keraton, Alun-alun Utara, Minggu (29/1/2012). Penabuhan gamelan ini menjadi penanda dimulainya perayaan Sekaten yang merupakan perayaan tradisional menyambut Maulud Nabi Muhammad SAW. (JIBI/SOLOPOS/Sunaryo Haryo Bayu)

Lantunan ayat-ayat suci Al-Quran menggema di sekeliling Masjid Agung Surakarta. Sementara, masyarakat dari berbagai daerah tumpah ruah memenuhi halaman dan serambi masjid. Adalah Ny Mimin, 35 yang rela kehujanan di halaman Masjid Agung Surakarta. Mimin dan ratusan orang lainnya menunggu prosesi acara Ungeling Gangsa sebagai rangkaian Sekaten.

Promosi BRI Group Buka Pendaftaran Mudik Asyik Bersama BUMN 2024 untuk 6.441 Orang

Tepat pukul 14.30 WIB, Minggu (29/1/2012), rombongan keluarga Keraton Surakarta Hadiningrat datang di Masjid Agung Surakarta. Kaum laki-laki memakai beskap warna putih lengkap dengan blangkon sebagai penutup kepala. Sementara kaum perempuan memakai kebaya. Prosesi menabuh dua pusaka Keraton Surakarta Hadiningrat yakni Kyai Guntur Sari dan Kyai Guntur Madu dimulai. Gamelan itu ditempatkan di Bangsal Pradangga.

Sontak, Ny Mimin dan ratusan warga lainnya berebut janur kuning yang dipasang di atap Bangsal Pradangga. Sementara kaum perempuan melakukan mengunyah daun suruh atau nginang. Mereka percaya nginang saat gamelan ditabuh pada acara Ungeling Gangsa dapat menambah awet muda. “Kata orang tua zaman dahulu, nginang dapat menambah awet muda, ini tradisi yang sudah turun-temurun,” ucapnya.

Dia juga berharap agar selalu diberi kesehatan dan rezeki yang berlimpah dari Allah SWT. Acara yang digelar rutin tersebut sebagai bagian menjaga warisan budaya peninggalan nenek moyang yang patut dilestarikan. “Selain ngalap berkah, saya ingin menjaga tradisi budaya secara turun menurun,” ujar Mimin.

BEREBUT JANUR -- Warga berebut janur atau daun kelapa yang menjadi penghias Bangsal Sekaten di Kompleks Masjid Agung Keraton Surakarta Hadiningrat, Minggu (29/1/2012). (JIBI/SOLOPOS/Sunaryo Haryo Bayu)

Sementara itu, Pengageng Sasono Wilopo, GKR Wandansari, menjelaskan acara Ungeling Gangsa merupakan syiar agama Islam yang dikombinasikan dengan budaya khas Jawa. Sebab, zaman dahulu, Kerajaan Islam Mataram merupakan pusat pemerintahan berdasarkan syariat Islam di Pulau Jawa.

Acara Ungeling Gangsa diawali dengan datangnya utusan Keraton Surakarta Hadiningrat yang memberi perintah pada para abdi dalem pradangga untuk menabuh gamelan. Penabuhan gamelan bermakna agar umat Islam melaksanakan ajaran-Nya dengan baik dan benar. Selain itu, umat Islam dapat melaksanakan kehidupan sehari-hari dengan mengacu pada ajaran Islam. “Awal gendhing yang ditabuh bernama Rambu dan Rangkung,” jelas dia.

Gamelan tersebut akan ditabuh pada waktu tertentu setiap hari hingga perayaan gunungan Grebeg Sekaten yang dilaksanakan Minggu (5/2/2012) mendatang. Selanjutnya, pusaka Keraton Surakarta Hadiningrat akan disimpan kembali. “Inti dari acara ini adalah bagaimana tanggung jawab manusia pada Allah SWT dengan disimbolkan penabuhan gamelan. Jika dalam istilah keraton memayu hayuning bawana” terang GKR Wandansari.

Ada lima simbol acara tersebut yang merepresentasikan lima rukun iman dalam ajaran Islam yakni janur kuning, telur asin, daun suruh, dan gamelan. Setiap simbol mempunyai makna sendiri namun tidak bisa dipisahkan dengan simbol lainnya. Misalnya, nginang mempunyai makna agar umat Islam selalu tekun dan taat melaksanakan ajaran-Nya.

JIBI/SOLOPOS/Bony Eko Wicaksono

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya