SOLOPOS.COM - Pedagang Sekaten 2016 membongkar tenda di Jl. Pakubuwono, Senin (19/12/2016) siang. (Irawan Sapto Adhi/JIBI/Solopos)

Sekaten Solo 2016, para pedagang yang meramaikan Sekaten di seputar Alun-alun Utara dimintai uang sewa Rp300.000.

Solopos.com, SOLO — Pedagang Sekaten 2016 di jalan seputaran Alun-alun Utara (Alut) dan Jl. Pakubuwono mengaku dimintai uang hingga ratusan ribu rupiah oleh otoritas Keraton Solo karena dianggap telah menyewa lahan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Seorang pedagang kerajinan gerabah yang berjualan di jalan seputaran Alut, Marmi, 51, mengaku dimintai uang hingga Rp300.000 oleh petugas Keraton. Berdasarkan keterangan dari petugas tersebut, dia mengatakan pedagang harus memberikan uang kepada Keraton sebagai kompensasi sewa lahan.

Marmi menceritakan pedagang dimintai uang sewa lahan tidak di awal Sekaten. “Kami sudah tahu Keraton pasti akan menarik uang. Tapi kami tidak diberi tahu sejak awal berapa uang yang harus diberikan kepada Keraton. Pedagang baru ditarik uang belum lama ini. Saya langsung dimintai Rp300.000. Katanya uang itu untuk sewa lahan. Bersyukur saya pas ada uang saat itu,” kata Marmi saat ditemui Solopos.com di lapaknya, Senin (19/12/2016).

Marmi mengira pedagang hanya akan dimintai uang sewa tidak lebih dari Rp200.000 oleh otoritas Keraton. Tapi ternyata, pedagang yang menggunakan lahan seluas 8 meter persegi ditarik uang hingga Rp300.000 selama berjualan di Sekaten sejak 1 Desember 2016 lalu. Sedangkan pedagang yang menggunakan lahan hingga 16 meter persegi, menurut Marmi, ditarik uang Rp600.000.

“Saya mengira pedagang hanya akan ditarik uang Rp10.000 per hari. Jadi apabila berjualan selama 17 hari mulai 1-17 Desember, pedagang hanya ditarik kurang dari Rp200.000. Tapi ternyata tidak segitu. Pedagang ternyata ditarik Rp300.000 sampai Rp600.000. Belum lagi pedagang harus membayar listrik Rp8.000 per hari,” jelas Marmi.

Pedagang Sekaten di Jl. Pakubuwono, Tini, 46, juga ditarik Rp300.000 untuk membayar uang sewa lahan seluas 8 meter persegi. Dia mengaku pasrah dengan permintaan uang oleh petugas Keraton tersebut. Tini berharap Keraton memberikan sosialisasi atau kepastian soal permintaan uang sewa lahan kepada pedagang sejak awal Sekaten.

“Lebih baik memang ada kejelasan sejak awal soal uang sewa lahan jadi pedagang bisa tenang. Kami baru ditarik uang setelah berjualan. Maka dari itu saya memilih untuk membawa tenda sendiri. Saya takut harus membayar mahal apabila menggunakan tenda dari Keraton. Apalagi pemasukan pedagang kali ini tidak banyak. Pedagang sepi pembeli karena sering hujan,” jelas Tini.

Ditemui terpisah, Pengageng III Museum dan Pariwisata Keraton Solo, K.R.M.H. Satryo Hadinagoro, membenarkan Keraton meminta uang kepada pedagang yang berjualan di jalan seputaran Alut dan Jl. Pakubuwono selama Sekaten. Dia mengklaim Keraton hanya menarik uang Rp200.000 kepada pedagang. Satryo menegaskan permintaan uang tersebut untuk membayar sewa lahan.

“Itu bukan tarikan retribusi. Kami hanya menarik sewa lahan. Retribusi kewenangan Pemkot. Paling hanya Rp200.000. Sehari dihitung Rp10.000. Patokannya seperti itu,” jelas Satryo.

Sementara itu, pantauan Solopos.com, Senin siang, puluhan pedagang di jalan seputaran Alut dan Jl. Pakubuwono mulai meninggalkan tempat berjualan. Mereka mulai mengemas barang dagangan dan tenda. Berdasarkan informasi yang dihimpun Solopos.com, sebagian pedagang berencana meninggalkan tempat pada Senin malam karena harus menunggu jemputan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya