SOLOPOS.COM - Ilustrasi siswa sekolah dasar (SD). (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Meski kekurangan murid, beberapa SDN di Solo tetap melangsungkan kegiatan belajar-mengajar (KBM).

Solopos.com, SOLO—Jumlah siswa dalam satu rombongan belajar (rombel) menurut Dinas Pendidikan (Disdik) Solo idealnya adalah 28 orang. Ada beberapa SD yang siswanya di bawah 20 orang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Bidang (Kabid) Pendidikan Dasar (Dikdas) SD Disdik Kota Solo, Wahyono, memastikan kegiatan belajar-mengajar (KBM) di sejumlah SDN yang siswanya minim tersebut bisa tetap berlangsung pada Tahun Ajaran Baru 2017/2018.

“Data saat ini memang masih di masing-masing UPTD [unit pelaksana teknis daerah]. Namun, KBM ya tetap berjalan meskipun jumlah siswa baru belum sampai kuota. SD-SD itu masih diperbolehkan menerima siswa baru,” ujar Wahyono saat ditemui wartawan di ruang kerjanya, Rabu (19/7/2017).

Di sisi lain, Wahyono mengakui masih ada beberapa SD yang saat ini jumlah siswanya justru melebihi batas maksimal seperti ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) No. 17/2017 Tentang Penerimaan Peserta Didik Baru Pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, atau Bentuk Lain Yang Sederajat.

Untuk jenjang SD, jumlah siswa dalam satu rombel maksimal 28 orang. “Tapi ya memang harus disampaikan apa adanya karena di sini dituntut kejujuran. Yang kelebihan ya dilaporkan apa adanya, begitu pula yang kekurangan,” kata dia.

Kondisi tersebut, menurut Wahyono, menjadi evaluasi Disdik ke depannya, termasuk pertimbangan untuk menggabungkan sekolah yang siswanya minim. “Nanti kan kelihatan sekolah mana yang saat ini masih menerima siswa melebihi kuota sementara masih ada beberapa sekolah yang justru kekurangan siswa,” kata dia.

Apabila setiap sekolah mematuhi ketentuan yang berlaku, terutama terkait kuota maksimal peserta didik, besar kemungkinan kuota siswa di setiap sekolah di Solo bisa terpenuhi. “Karena mestinya bisa merata. Kondisi demikian kuncinya memang ada di kepala sekolah. Kalau kepala sekolah menyadari jumlah siswanya harus terbatas pada kuota, tentunya mereka tidak menerima siswa baru lagi. Faktor lainnya adalah pilihan orang tua. Tentunya kami juga tidak bisa memaksa orang tua karena sekolah itu memang pilihan,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya