SOLOPOS.COM - Ilustrasi Desa Wisata Sangiran. (Istimewa/Widodo)

Solopos.com, SRAGEN — Sektor pariwisata di Kabupaten Sragen mulai digalakkan kembali. Tidak hanya Kemukus, Bayanan, dan Museum Manusia Purba Sangiran, ternyata di Sragen menyimpan banyak potensi desa wisata. Namun, sejumlah kendala mengganjal pengembangan potensi desa wisata di Bumi Sukowati.

Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Kabupaten Sragen, Yuniarti, mengatakan terdapat 24 desa yang mulai merintis desa wisata, karena sempat stagnan akibat pandemi Covid-19. Rintisan desa wisata saat ini mulai digalakkan kembali.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Hal tersebut bertujuan agar masing-masing daerah mempunyai kekhasan yang kental dengan kearifan lokal dari desa setempat,” terang Yuniarti pada Solopos.com saat mengunjungi Pasar Bahulak, Desa Karungan, Minggu (28/8/2022).

Ia mencontohkan di Desa Karungan mempunyai Pasar Bahulak dengan konsep kuliner dan dolanan tempo dulu, serta seni pertunjukkan yaitu tari bahulak dan seni musik Sarwo Gathuk. Di Kecamatan Sambirejo lebih menonjolkan pertanian organiknya. Daya tarik wisata masing-masing daerah tersebut bertujuan untuk membangkitkan perekonomian di desa setempat.

Yuniarti mengatakan bahwa sesuai peraturan bupati rintisan desa wisata diarahkan pada beberapa indikator yang harus dipenuhi. Ia berharap masing-masing desa mempunyai ciri khas masing-masing dengan tujuan wisatawan yang berkunjung tidak jenuh.

Baca Juga: Pasar Bahulak Sragen Didorong Jadi Pilot Project Pengembangan Desa Wisata

Bentuk dukungan dari Disparpora Sragen adalah dengan mendampingi rintisan desa wisata secara teknis agar sesuai peraturan bupati. Bila indikator desa wisata terpenuhi, mereka akan mendapatkan SK Bupati sebagai sarana untuk mengakses pendanaan dari pemerintah.

“Saya menekankan kepada para kepala desa agar tidak fokus pada SK Bupati sebagai desa wisata, tapi lebih mengembangkan dan menciptakan daya tarik wisata dari desanya. Karena SK Bupati akan dikeluarkan apabila semua indikator terpenuhi,” tambah Yuniarti.

Salah satu kendala pengembangan desa wisata di Sragen, menurut Yuniati adalah koordinasi antarpihak yang masih lemah. Pasalnya, koordinasi bukan hanya melibatkan semua unsur di desa. Tidak hanya Disparpora, pengembangan desa wisata juga butuh koordinasi dengan Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan (Diskumindag) Kabupaten Sragen.

Baca Juga: Wuiiih..! Perputaran Uang di Pasar Bahulak Sragen Tembus Rp65 juta Sehari

Berdasarkan data yang dihimpun Solopos.com, di Kecamatan Plupuh sendiri menyimpan sejumlah potensi desa wisata. Salah satunya Desa Pungsari, sebagai salah satu sentra industri batik di Sragen.

Pendamping Kebudayaan Desa (Daya Desa) Kemendikbud, Ari Agus Putra Utama, mengatakan Desa Pungsari memiliki beragam potensi yang bisa dijual. Mulai dari kesenian tradisional, budaya, kuliner khas, dan alam. Namun, segudang potensi itu belum mampu dikembangkan warga.

Kesenian yang ada di Desa Pungsari di antaranya batik, seni musik keroncong, dan musik tradisional bambu. Sementara kuliner khasnya adalah jenang bakmi yang cocok untuk sarapan.

Baca Juga: Sega Plontang, Kuliner Khas Sragen Sarat Makna yang Tak Setiap Saat Ada

“Di Desa Manyarejo terdapat kesenian rempeg balung buta yang menceritakan cerita rakyat desa setempat. Seni musik bambu dan gejog lesung juga menjadi daya tarik tersendiri,” terang Pendamping Daya Desa Manyarejo, Paimin, baru-baru ini.

Desa Ngebung, Kecamatan Kalijambe juga menyimpan daya tarik wisata lain yaitu wayang purba dan kain tenun kluwung gendong. “Sayangnya untuk kain tenun kluwung gendong dari Desa Ngebung saat ini terancam punah, hanya ada satu perajin dan [kondisinya] sakit serta sudah tua. Mbah Surati adalah satu-satunya perajin tenun kluwung gendong dan belum ada yang meneruskannya,” terang Pendamping Daya Desa Ngebung, Wakimin baru-baru ini.

Ketiga desa tersebut menjadi desa sasaran program Pemajuan Kebudayaan Desa 2021. Program ini milik Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).

Baca Juga: Kerajinan Kain Tenun Kluwung Gendong Desa Ngebung Sragen Terancam Punah

Para Pendamping Daya Desa mempunyai kendala yang hampir sama dalam pengembangan daya tarik wisata, khususnya pada bidang budaya dari desa setempat. Kurangnya minat warga, terutama para pemuda untuk sama-sama nguri-nguri budaya. Serta pendanaan dalam mengembangkan kebudayaan desa setempat yang dirasa kurang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya