SOLOPOS.COM - Tari Lengger di acara ritual Banyumas. (Istimewa/Instagram @culture_shoot)

Solopos.com, BANYUMASTari Lengger merupakan kesenian tradisional yang berasal dari daerah Banyumas, Jawa Tengah. Lahir dan berkembangnya kesenian ini terinspirasi dari kondisi Banyumas sebagai daerah agraris dengan mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian petani/bercocok tanam pada 1755.

Melansir dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, Lengger berasal dari istilah gabungan kata bahasa Jawa yang mempunyai arti. Lengger yaitu darani leng jebule jengger yang artinya dikira wanita ternyata laki-laki.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Konon, pada masa prakemerdekaan, penari Lengger dimainkan oleh laki-laki yang berdandan layaknya seorang wanita untuk mengelabuhi para lelaki hidung belang dari golongan kompeni. Tindakan tersebut sebagai bentuk tipu muslihat yang dilakukan para pejuang atau pemuka agama yang tidak suka melihat perilaku tidak senonoh yang dilakukan para penjajah terhadap perempuan.

Seiring berjalannya waktu, saat ini kesenian Lengger Banyumasan umumnya ditampilkan oleh kaum wanita meskipun disebagian daerah masih memiliki Lengger lanang dengan penari laki-laki yang berdandan layaknya wanita.

Ekspedisi Mudik 2024

Ada pula pendapat lain yang menyatakan, Lengger berasal dari kata gelang-geleng gawe geger yang artinya tarian Lengger ini hanya ditarikan dengan gerakan kepala gelang-geleng dan gerakan badan yang hanya sebatas lengang lenggeng.

Meskipun tarian Lengger ini hanya sebatas gerakan sederhana, namun pertunjukan ini nyatanya bisa membuat masyarakat Banyumas geger atau ramai.

Kesenian Lengger Banyumasan ini merupakan sebuah kesenian yang memiliki nilai kesuburan dan religi. Pada zaman dahulu ketika musim panen tiba, babi hutan atau celeng dari hutan sering merusak lahan pertanian masyarakat Banyumas yang sedang panen sehingga mengakibatkan gagal panen.

Kemudian, masyarakat Banyumas berinisiatif mengusir binatang tersebut dengan membuat suara tetabuhan yang dibunyikan secara bersamaan oleh kaum pria sedangkan kaum wanita melakukan gerakan secara spontan dengan melambai-lambaikan tangan ke kanan dan ke kiri guna mengusir celeng mengikuti alunan musik.

Kegiatan ini sering dilakukan hingga menjadi sebuah tradisi yang menginspirasi lahirnya kesenian Lengger Banyumasan di masyarakat agraris sebagai mitos kesuburan.

Selain itu, kesenian Lengger Banyumasan ini juga dipercaya sebagai mitos religi. Digambarkan dengan adanya kegiatan tersebut bertujuan meminta permohonan doa kepada Sang Maha Pencipta sebagai bentuk rasa syukur terhadap hasil panen yang telah diberikan dan senantiasa diberi kelancaran untuk panen yang akan datang.

Dari kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan masyarakat Banyumas, maka sampai sekarang ini kegiatan tersebut menjadi salah satu budaya masyarakat Banyumas dalam menyambut datangnya musim panen. Dari beberapa perbedaan persepsi tersebut tidak sekadar menunjukan adanya perbedaan lingkungan sosial budaya masyarakat yang bersangkutan, tetapi sekaligus menunjukan perbedaan nilai dalam perkembangan kesenian Lengger Banyumasan.

Seiring berkembangnya zaman, kesenian Lengger Banyumasan juga mulai dipentaskan dalam bentuk hiburan di beberapa acara ritual, seperti sunatan, nikahan, ruwatan, meminta hujan atau baritan, sedekah bumi, sedekah laut, kaulan atau nazar, nindik (memberi anting-anting untuk bayi yang baru lahir), dan berbagai macam hari besar yang lainnya.

Tak berhenti di situ, kesenian Lengger Banyumasan semakin berkembang dengan dukungan dari berbagai komunitas maupun sanggar yang turut serta melestarikan kesenian Lengger Banyumasan hingga menjadi ikon di Kabupaten Banyumas saat ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya