SOLOPOS.COM - Masjid Tiban Nurul Huda di Kabupaten Pacitan. (tanjungpuro.desa.id)

Solopos.com, PACITAN – Kabupaten Pacitan tidak bisa dilepaskan dengan sejarah penyebaran agama Islam di Jawa Timur. Ada banyak sejarah menarik terkait penyebaran Islam di salah satu daerah paling ujung di Jatim tersebut. Salah satunya masjid tiban yang diberi nama Masjid Nurul Huda.

Dikutip dari tanjungpuro.desa.id, Masjid Tiban Nurul Huda berdiri di Desa Tanjupuro, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan. Masjid ini dijuluki tiban karena tempat ibadah ini muncul secara tiba-tiba. Masjid ini memiliki sejarah yang sangat misterius.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Konon masjid ini ditemukan pertama kali oleh Ki Ageng Bandung, orang kepercayaan Adipati Ponorogo. Ki Ageng Bandung meruapakan salah satu orang kepercayaan kerajaan yang membabat wilayah setempat yang waktu itu masih berupa hutan pada tahun 1700-an hingga 1800-an.

Pada saat menjelajahi sebuah hutan di Dusun Bandung, ia mendengarkan suara kicauan burung dan memutuskan untuk mengikuti suara tersebut. Ternyata burung tersebut memandu Ki Ageng Bandung menuju dua bangunan yang sudah sangat tua, satu adalah sebuah rumah dengan model joglo dan yang satu lagi adalah sebuah masjid dari batu bata dan beratap ilalang.

Di masjid tersebut, ia menemukan sebuah surat yang ditulis oleh seseorang dengan nama pena Sunan Geseng. Surat tersebut memberikan amanat bagi siapa pun yang membabat hutan di sekitar joglo dan masjid yang telah ia bangun ini untuk memanfaatkan kedua bangunan tersebut.

Selain sepucuk surat, Ki Ageng Bandung juga menemukan sebuah serban, jubah, baju lengan panjang, dan sebuah kotak kayu yang dibungkus kain putih. Hingga sekarang tidak ada yang berani membuka kotak tersebut, sehingga isi dari kotak masih menjadi misteri.

Sepanjang sejarah Masjid Nurul Huda berdiri, sudah tiga kali dilakukan renovasi. Yakni renovasi pada bagian atap dan tembok. Pemugaran bagian atap, daun-daunan yang berada di atap diganti dengan genting. Sedangkan bagian dinding bangunan yang awalnya dari batu bata mentah juga dibongkar.

Namun, saat proses pemugaran dilakukan terjadi banyak terjadi peristiwa janggal. Salah satunya pemangku masjid, Mbah Dawud, mengalami kelumpuhan. Meski telah dibawa berobat ke dokter, penyakit lumpuh Mbah Dawud tidak kunjung sembuh. Anehnya, tiba-tiba kelumpuhan yang diderita Mbah Dawud sembuh dengan sendirinya seiring selesainya proses pemugaran masjid.

Ada beberapa pantangan yang harus diikuti warga ketika datang ke masjid ini, khususnya bagi wanita yang sedang datang bulan. Jika dilanggar bisa berakibat fatal. Warga juga dilarang buang air kecil sembarangan di sekitaran masjid.

Selain itu, di dekat area masjid juga terdapat sebuah sumur yang dipercaya dapat menyembuhkan penyakit. Hal ini menyebabkan banyak orang yang datang mengunjungi Masjid Nurul Huda untuk mengambil air dari sumur tersebut, bahkan dari luar Pulau Jawa.

Masjid Tiban ini juga kerap jadi jujukan pejabat pemerintah untuk tempat berdoa. Sampai saat ini Masjid Tiban masih digunakan warga untuk tempat beribadah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya