SOLOPOS.COM - Masjid di Pondok Pesantren Al Muayyad Solo (Istimewa/NU).

Solopos.com, SOLO -- Pondok Pesantren Al Muayyad, Mangkuyudan, Laweyan, Solo menyimpan cerita sejarah yang melegenda. Sejarah berdirinya Al-Muayyad ini tidak bisa terlepas dari peran besar tiga tokoh besar, yakni K.H. Abdul Mannan, K.H. Ahmad Shofawi dan Prof. K.H.R. Moh Adnan.

Pada masa itu, K.H. Abdul Manan mempunyai keinginan untuk mendirikan pondok pesantren karena cita-citanya menyebarluaskan Islam. Bahkan, cita-cita tersebut muncul semenjak K.H. Abdul Manan memperdalam ilmu agama pada Kiai Ahmad di Kadirejo, Karanganom, Klaten.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

10 Berita Terpopuler: Pasien Isolasi Solo Meninggal, Peri Waduk Lalung

Awal mula berdiri pada 1930, Pondok Pesantren Al Muayyad hanya diikuti oleh belasan santri.  Kala itu, Al Muayyad hanya nama sebuah masjid yang digunakan sebagai lokasi pengajian.

Sebagaimana diinformasikan situs resmi Nahdlatul Ulama (NU), nu.or.id, tujuh tahun berdiri, Kiai Umar Abdul Mannan menata dan melengkapi sistem kemadrasahan, termasuk sistem pengajian dan pembelajaran Al-Qur'an.

Tiket Tribun VIP Disiapkan Panpel PSIS untuk Aremania di Magelang

Seiring berjalannya waktu, Pondok Pesantren mendirikan Madrasah Tsanawiyah & SMP (1970), Madrasah Aliyah (1974), dan SMA (1992).

Tak hanya di bidang sosial, keagamaan, pendidikan, Pondok Pesantren Al Muayyad juga berperan di politik, kebudayaan dan ekonomi. Di mana Solo adalah pusat kebudayaan Jawa, ekonomi tumbuh sejak pra penjajahan yang melahirkan aktivis pergerakan untuk memperjuangkan kemerdekaan Tanah Air.

Virus Corona Merebak ke 114 Negara, Mereka yang Terpukul dan Mereka yang Untung

Pesantren Tertua di Solo

Sebagai pondok pesantren tertua di Solo, Al Muayyad terpanggil untuk menguatkan dan mengembangkan diri. Mempertimbangkan pengalaman Solo yang direkam Al Muayyad sejak masa rintisannya, maka Al Muayyad memandang bahwa pendidikan bagi generasi muda muslim haruslah memenuhi empat kriteria kecakapan, sebagai berikut:

Gadis Indigo Minta Waspadai Penampakan Sunan Kalijaga di Gua Kreo

1. Kecakapan Al-Quran sebagai dasar utama ajaran agama Islam;
2. Kecakapan keilmuan baik ilmu-ilmu yang langsung untuk mendalami ajaran agama dari kitab-kitab kuning beserta ilmu penunjangnya maupun untuk mencerdaskan kehidupan (sains).
3. Kecakapan humaniora yang memampukan santri untuk hidup secara arif melalui bahasa, sastra, tarikh, dan kebudayaan.
4. Kecakapan transformatif yang menguatkan bakat para santri untuk kreatif mengalihgunakan ilmu ke dalam praktek kehidupan sehari-hari yang bermartabat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya