SOLOPOS.COM - Ilustrasi perayaan Halloween. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO-Pesta Halloween di Itaewon, Korea Selatan, berubah menjadi tragedi memilukan, simak sejarah perayaan tersebut.  Pesta Halloween di distrik Itaewon, Yongsan-gu, Seoul, Sabtu (29/10/2022) malam, telah menelan korban.

Hingga saat ini, korban meninggal tercatat sekitar 149 orang dan 76 lainnya terluka dalam tragedi Halloween Itaewon. Mayoritas korban berusia 20-an. Jumlah tersebut dikhawatirkan akan terus bertambah. Gandi juga mengatakan, Presiden Yoon Suk-yeol telah mengadakan rapat darurat dan memerintahkan emergency response kepada seluruh jajarannya guna mengevakuasi para korban, mencegah terjadinya tambahan korban, dan menjaga situasi di lokasi kejadian.

Promosi BRI Kantor Cabang Sukoharjo Salurkan CSR Senilai Lebih dari Rp1 Miliar

Perayaan yang identik dengan pesta kostum menyeramkan, dekorasi horor, mengukir labu, permainan trick or treat dan masih banyak kemeriahan lainnya ini dirayakan setiap 31 Oktober.  Beberapa kemeriahan tersebut merupakan tanda datangnya hari pesta Kristen Barat All Saints untuk memulai pergantian musim panas dan panen dengan awal musim dingin yang gelap gulita dan dingin. Halloween atau Allhallowtide biasanya akan berlangsung selama tiga hari.

Baca Juga:  3 Tragedi Pesta Halloween di Dunia, Salah Satunya Itaewon Korsel

Dikutip dari berbagai sumber, Minggu (30/10/2022), sejarah perayaan Halloween sebenarnya berawal dari festival Celtic kuno, bernama Samhain yang telah hidup 2.000 tahun lalu di wilayah Irlandia, Inggris Raya, dan Prancis utara. Dalam perayaan Samhaiman sendiri pendeta Celtic membuat sebuah api unggun suci yang besar dengan membakar sejumlah tanaman dan hewan sebagai simbol pengorbanan kepada dewanya.

Lalu orang-orang akan datang dengan mengenakan kostum horor yang terbuat dari kepala dan kulit hewan. Adapun tujuan mereka menggunakan kostum tersebut yaitu agar hantu orang mati mengira mereka adalah bagian dari kelompoknya. Sehingga hantu-hantu tersebut tidak akan memasuki rumah dan menyebabkan masalah.

Mereka akan berkumpul dan saling menceritakan nasib satu sama lain. Ketika perayaannya selesai, api perapian di rumah masing-masing yang sebelumnya dipadamkan kemudian dinyalakan lagi untuk membantu melindungi mereka dari berbagai masalah selama musim dingin yang akan datang.

Baca Juga: Ada Tragedi Itaewon Korsel, SM Entertainment Batalkan Pesta Halloween

Masyarakat Celtic mempercayai jika batas antara dunia hidup dan mati menjadi kabur pada setiap malam sebelum tahun baru. Oleh karena itu, mereka menyelenggarakan festival Samhain di tanggal 31 Oktober untuk menghalau hantu atau roh orang mati yang berusaha kembali ke Bumi.

Di sisi lain, kehadiran roh-roh dunia lain ini juga akan memudahkan Druid, atau para pendeta Celtic untuk membuat prediksi tentang masa yang akan datang. Ramalan tersebut sangat lenting bagi masyarakat Celtic yang hidup di tengah lingkungan alam yang keras dan mudah berubah-ubah.

Kemudian pada abad ke-8, Paus Gregorius III menetapkan tanggal 1 November sebagai All Saints Day atau hari untuk menghormati semua orang kudus (suci). Peringatan ini juga serupa dengan tradisi Samhain sehingga pada akhirnya mereka mengkolaborasikan menjadi All Hallows Day yang kemudian berubah nama menjadi Halloween.

Baca Juga: Itaewon Korea Selatan, Kawasan Kumuh yang Bersolek Jadi Tempat Wisata Populer

Halloween berasal dari Eropa, kemudian tradisi ink dibawa ke Amerika Serikat hingga berkembang menjadi sebuah peringatan besar dan menjadi hari libur nasional terbesar kedua setelah natal.

Pada awalnya, perayaan Halloween sangat terbatas di koloni New England sebab pada saat itu masih pemeluk Protestan yang dinilai kaku. Akan tetapi tradisi Halloween lebih bisa diterima di Maryland dan sejumlah wilayah koloni bagian selatan.

Setelah mengetahui sejarah Halloween, seiring dengan berjalannya waktu, tradisi ini bercampur dengan kepercayaan dan juga kebiasaan sejumlah kelompok etnis Eropa dan Indian Amerika sehingga akhirnya menjadi seperti sekarang ini.

Sebenarnya, perayaan Halloween pertama di AS termasuk play parties atau acara publik yang digelar untuk merayakan panen. Pada saar itu, orang-orang akan berkumpul dan berbagi cerita tentang orang mati. Nah itulah penjelasan kenapa 31 Oktober jadi perayaan Halloween oleh sebagian besar warga Eropa dan Amerika. Halloween yang dulu diperingati sebagai hari untuk mengusir hantu, kini mulai mengalami perkembangan dengan sejumlah tradisi menariknya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya