SOLOPOS.COM - Pasar Triwindu Solo (Solopos.com-Dok)

Solopos.com, SOLO — Sejarah Pasar Triwindu Solo tidak bisa dilepaskan dari cerita sejarah dari Pura Mangkunegaran.

Pasar Triwindu Solo saat ini menjadi surga bagi para penggemar barang-barang antik. Aneka barang lawas tersaji di pasar yang menjadi salah satu ikon wisata Kota Solo ini.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Ada cerita panjang sebelum pasar ini menjadi pusatnya barang-barang antik di Kota Solo. Pasar Triwindu sudah hadir beberapa tahun sebelum Indonesia merdeka, tepatnya pada 1939.

Sebagaimana dikutip dari laman Pura Mangkunegaran, Pasar Triwindu awalnya berupa pasar malam yang selenggarakan pada masa pemerintahan Mangkunegoro VII. Pasar malam ini dibangun pada 1939 sebagai hadiah ulang tahun dari Gusti Noeroel Kamaril kepada ayahnya, Mangkunagoro VII yang juga bertepatan dengan tiga windu kenaikan tahtanya.

Berarti 24 Tahun

Dinamakan Triwindu karena berasal dari dua gabungan kata yaitu tri dan winduTri dalam bahasa Jawa berarti tiga, dan windu berarti delapan tahun. Setelah digabungkan maka triwindu memiliki arti 24 tahun.

Saat peringatan tiga windu kenaikan tahta Mangkunagoro VII (1916-1944) diselenggarakan pasar malam di kawasan depan Pura Mangkunegaran yang bertujuan memberikan hiburan kepada rakyat.

Sejarah Pasar Triwindu bermula dari pasar malam yang berlokasi tepat di seberang Pura Mangkunegaran Solo itu. Tempat ini awalnya merupakan kandang kuda (gedogan) milik Mangkunegaran. Uniknya, pada awal pasar ini berdiri, tidak ada barang antik yang dijajakkan pedagang.

Semula pasar ini hanya terdiri atas sederetan meja yang berjajar untuk menjajakan jajanan pasar, kain, maupun majalah atau koran. Pada 1966, lorong Pasar Triwindu mulai dipenuhi onderdil, alat rumah tangga, alat pertukangan, dan lain-lain.

Barang antik mulai menghiasi lorong Pasar Triwindu Solo sejak 1970. Kala itu, para pedagang hanya menjajakan lampu gantung, peralatan makan dari perak, keramik dari China, dan lain sebagainya.

Selang 20 tahun, para pedagang mulai berinovasi untuk membuat produk baru bermotif antik. Akhirnya, eksistensi barang antik di Pasar Triwindu bertahan hingga saat ini.

Sempat Ganti Nama

Sempat berganti nama jadi Pasar Windu Jenar, akhirnya pada 17 Juni 2011 diputuskan nama pasar yang kerap didatangi wisatawan mancanegara ini kembali jadi Pasar Triwindu.

Setelah rentetan sejarah Pasar Triwindu Solo ini berlalu, kini Pasar Triwindu kembali berjaya dan jadi surganya para pengoleksi barang antik. Tidak hanya dari Solo, namun dari berbagai kota lainnya.

Seluruh penjuru lorong Pasar Triwindu dipenuhi ribuan barang antik. Mulai dari mesin ketik lawas hingga peralatan elektronik jadul. Keunikan Pasar Triwindu menjadi daya tarik tersendiri bagi turis lokal maupun mancanegara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya