SOLOPOS.COM - Ilustrasi kembang api. (Freepik)

Solopos.com, SOLO--Malam pergantian tahun atau malam Tahun Baru selalu disambut dengan penuh suka cita. Ada yang berkumpul bersama keluarga, teman dan bahkan orang terkasih. Namun, hal yang paling tak dilupakan dalam momen pergantian tahun adalah kembang api.

Seperti dikutip dari LiveScience.com belum lama ini, tradisi menyambut tahun baru dengan keramaian dan letupan sudah ada sejak zaman dahulu. Keramaian tersebut dihadirkan demi menghalau potensi marabahaya di periode transisi dari tahun yang lama menuju tahun baru.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hal itu juga dikatakan oleh Anthony Aveni, astronom dan antropolog di Colgate University, New York, dan penulis "The Book of the Year: A Brief History of Our Seasonal Holidays" (Oxford University Press, 2004).

Sejumlah ritual, salah satunya yang kini menjelma jadi pesta kembang api saat malam tahun baru, memiliki akar sejarah panjang dan kemiripan di seluruh dunia.

Ekspedisi Mudik 2024

Kembang api selama ini dikenal sebagai pertanda bergantinya tahun. Berbagai bentuk kembang api kerap menghiasi malam pergantian tahun di berbagai wilayah. Namun, tahukah kalian jika sejarah awal kembang api berasal dari China.

Bisa Dipantau Lewat Medsos, 17.368 Orang di Karanganyar Telah Jalani Tes Swab

Awalnya untuk mengusir roh jahat

Banyak sejarawan mengungkapkan bahwa kembang api berasal dari China. Hal ini, karena China tercatat sebagai negara yang paling banyak memproduksi dan mengekspor kembang api.

Hal ini bermula pada awal 200 Sebelum Masehi, saat orang China menemukan benda yang menjadi cikal bakal petasan. Saat itu masyarakat China menemukan semacam petasan, yaitu bambu yang direbus dengan diisi sejumlah zat khusus hingga meledak.

Melansir dari History.com, hal ini bermula saat pada abad ke-7 hingga abad ke-10, ahli kimia China mencampurkan saltpeter, arang, belerang, dan zat kimia lain. Saat itu, saltpeter umum digunakan untuk bumbu dapur. Sejumlah zat itu kemudian dimasukkan ke dalam bambu. Saat bambu dilempar ke dalam api, maka terciptalah ledakan dan lahirlah kembang api pertama.

Setelah penggunaan bambu, akhirnya orang China mulai mengembangkannya dengan tabung kertas. Bahan bubuk kembang api dimasukkan ke dalam kertas. Orang China juga mengembangkan kembang api tak hanya digunakan sebagai perayaan, tapi juga untuk mengusir roh jahat dan merayakan upacara khusus.

Pada abad ke-10, orang-orang China mulai menyadari bahwa mereka dapat membuat bom dari mesiu. Sehingga, mereka terbiasa melekatkan petasan ke panah sebelum menembak musuh.

Dua ratus tahun kemudian, kembang api dikembangkan menyerupai roket dan dapat dilepaskan ke area lawan tanpa menggunakan bantuan panah. Bahkan, teknologi ini masih digunakan sampai sekarang–terutama saat acara pertunjukkan kembang api.

Merapi Muntahkan Material Sejauh 1,5 Kilometer, Ini Penjelasan BPPTKG

Perkembangan di Eropa

Pada 1295, Marco Polo membawa kembang api dari Tiongkok ke Eropa. Kemudian, sekitar abad ke-13, bubuk mesiu dan resep untuk menciptakannya pun tersebar di sana–juga Semenanjung Arab--melalui para diplomat, penjelajah dan misionaris Prancis.

Dari situlah, orang-orang barat mulai mengembangkan mesiu menjadi senjata yang lebih kuat seperti meriam dan senapan. Tetapi, orang-orang Barat tetap mempertahankan ide orisinal kembang api dan menggunakannya saat perayaan.

Di abad pertengahan, para pelawak bahkan menyalakan kembang api untuk menghibur para penontonnya. Hal ini juga disetujui oleh pemimpin-pemimpin Inggris.

Pesta kembang api pertama di Kerajaan Inggris dinyalakan untuk merayakan pesta pernikahan Henry VII pada 1486. kemudian, Peter the Great yang merupakan Tsar Russia ikut menyelenggarakan pertunjukkan kembang api selama lima jam saat kelahiran putranya.

Saat orang-orang Eropa akhirnya berkelana ke Dunia Baru (Benua Amerika), resep kembang api mereka pun ikut terbawa ke sana. Kapten John Smith adalah orang yang pertama kali menyalakan kembang api di Jamestown, Virginia, pada 1608.

Meski begitu, tradisi pesta kembang api di Amerika, baru mulai dilaksanakan pada 4 Juli 1776, untuk merayakan Deklarasi Kemerdekaan. Hingga kini, setiap peringatan Hari Kemerdekaan AS (Fourth of July), selalu dimeriahkan dengan pertunjukkan kembang api.

Asal-usul kembang api berwarna

Selama Renaisans, sekolah-sekolah piroteknik (teknik pembuatan kembang api dan petasan) bermunculan di Eropa. Murid-murid di sana diajarkan untuk menciptakan ledakan yang rumit.

Di Italia, kembang api sangat populer. Pada 1830-an, orang-orang di negara tersebut, menambahkan sejumlah kecil logam dan bahan lainnya untuk meningkatkan kecerahan cahaya dan menciptakan berbagai bentuk pada ledakan kembang api.

Mereka juga bisa menambahkan warna pada kembang api. Kala itu, semua letupan kembang api berwarna oranye.

Namun, warga Italia tak puas dengan hal tersebut. Mereka kemudian mulai menggabungkan beragam senyawa untuk menciptakan warna kembang api yang mirip dengan saat ini. Mereka menggunakan strontium untuk memunculkan warna merah, barium untuk hijau, tembaga untuk biru, dan sodium buat kuning

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya