SOLOPOS.COM - Kawasan Candi Borobudur masih di tumbuhi ilalang dan rumput liar, Magelang, sekitar 1910-an. (Twitter/@potolawas/National Gallery of Australia)

Solopos.com, MAGELANG — Rencana kenaikan harga tiket objek wisata sejarah, Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah, sedang ramai dibahas. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marinves), Luhut Binsar Pandjaitan, mengumumkan tarif terbaru ke Borobudur untuk masyarakat lokal sebesar Rp750.000 per orang.

Harga ini 15 kali lipat lebih mahal dibandingkan dengan hargaa tiket saat ini sebesar Rp50.000 per orang. Sementara itu tarif baru bagi wisatawan asing dipatok US$100 atau sekitar Rp1,4 juta. Meski demikian, tarif yang dipatok bagi pelajar masih sangat terjangkau, yaitu Rp5.000 per orang.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kenaikan tiket masuk candi peninggalan wangsa Syailendra itu pun mendapat komentar miring dari berbagai pihak. Termasuk Guru Besar Ilmu Sejarah UGM Jogja, Prof Dr. Sri Margana, M. Hum.

Doktor lulusan Leiden University, Belanda, itu menilai kenaikan harga tiket hanyalah akal-akalan pemerintah yang tidak mau rugi. Pasalnya, kenaikan tarif dibarengi dengan rencana pembatasan jumlah pengunjung dengan dalih melestarikan cagar budaya.

Baca juga: Perbandingan Harga Tiket 7 Keajaiban Dunia, Mahalkah Tiket Borobudur?

Sejarah Candi Borobudur

Berbicara tentang sejarah, asal-usul Candi Borobudur memiliki kisah yang panjang. Candi ini merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia sekaligus tempat suci bagi umat Buddha.

Selain untuk wisata, candi terbesar di dunia itu merupakan tempat ibadah sekaligus ziarah bagi umat Buddha. Dihimpun dari berbagai sumber, Minggu (5/6/2022), Candi Borobudur diperkirakan dibangun pada abad kedelapan sampai sembilan, atau sekitar 800 tahun sebelum Masehi oleh Dinasti Syailendra, penganut Buddha aliran Mahayana.

Mengutip jurnal Pesona Candi Borobudur Sebagai Wisata Budaya Di Jawa Tengah karya Reza Ayu Dewanti, candi ini dibangun untuk memuliakan raja-raja Syailendra (775-850 M) yang telah bersatu kembali dengan dewa yang menjadi asal beliau.

Proses pembangunan memakan waktu hingga ratusan tahun dan baru selesai pada masa kekuasaan Raja Samaratungga, 825 Masehi. Dari skripsi berjudul Relasi Makna Simbol Candi Borobudur Dengan Ajaran Buddha, pembuat candi Borobudur bernama Gunadarma. Candi ini dibangun dalam lima tahapan.

Berdasarkan catatan sejarah, Candi Borobudur melambangkan alam semesta. Dalam agama Buddha, semesta dibagi menjadi tiga tingkat yaitu kamadhatu (dunia keinginan), rupadhatu (dunia berbentuk) dan arupadhatu (dunia tak terbentuk).

sejarah candi borobudur
Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah. (Freepik)

Baca juga: Tiket Candi Borobudur Naik Ugal-Ugalan, Dosen UGM Jogja: Akal-Akalan!

Ketiga tingkat ini dibedakan berdasarkan relief-relief candi. Relief ini dibentangkan sepanjang 3 meter. Terdapat 1.460 pigura yang diselingi bidang-bidang pemisah berjumlah sekitar 1.212 buah.

Di atas deretan pigura terdapat semacam pelipit yang membujur, memanjang sejauh satu setengah kilometer. Pelipit ini dihias dan membentuk rangkaian bunga teratai.

Di bagian tas terdapat hiasan simbar berbentuk segitiga berjumlah 1.476 buah. Tingkat kamadhatu dan rupadhatu terdapat 1.472 stupa dan 432 arca Buddha yang mengitari seluruh penjuru mata angin.

Pada tingkat terakhir terdapat 72 buah stupa yang melingkari stupa induk di puncak. Dibutuhkan sekitar dua juta potongan batu untuk membangun monumen ini.

sejarah candi borobudur
Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah. (Freepik)

Candi Borobudur Terbengkalai

Kemegahan candi ini konon sempat hilang akibat terkubur tanah dan debu vulkanik erupsi Gunung Merapi. Candi ini sempat ditelantarkan sekitar 928 M dan 1006 M. Kala itu Raja Mpu Sindok memindahkan ibu kota Kerajaan Medang ke kawasan Jawa Timur karena erupsi gunung berapi.

Baca juga: Asal-Usul Api Abadi Mrapen Grobogan

Perpindahan ibu kota itu membuat Candi Borobudur akhirnya ditinggalkan. Sekitar tahun 1365 M, Mpu Prapanca dalam naskah Nagarakretagama ditulis ketika Kerajaan Majapahit. Dalam naskah tersebut dia menyebutkan “Wihara di Budur.”

Sejarah mencatat, Candi Borobudur ditemukan kembali pada 1814, ketika Indonesia dijajah Inggris. Penemu candi tersebut adalah Sir Thomas Stanford Raffles ketika berkunjung ke Semarang. Kala itu dia menemukan bebatuan berukir di bukit sekitar Desa Bumisegoro, Keresidenan Magelang.

sejarah candi borobudur
Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah. (Freepik)

Pemugaran Candi Borobudur

Bukit itu diyakini sebagai bekas Wihara di Budur yang kemudian diteliti oleh asisten Raffles, insinyur asal Belanda, Christian Cornelius. Theodoor Van Erp adalah orang yang kali pertama melakukan upaya pemugaran ini. Ia adalah ahli purbakala dan pemugaran yang lahir di Ambon, 26 Maret 1874. Bangunan itu pun berhasil direstorasi pada 1911.

Baca juga: Sebelum Naik, Segini Loh Harga Tiket Masuk Candi Borobudur

Sejarah Candi Borobudur semakin panjang setelah direstorasi yang memakan biaya besar. Pemugaran kedua berjalan sekitar 10 tahun. Dimulai dari 10 Agustus 1973, proyek kolosal ini secara resmi berakhir pada 23 Februari 1983. Pemugaran kedua ini telah menyelesaikan pembongkaran lantai Rupadhatu, pembersihan dan pengawetan batuan candi.

Mengutip dari jurnal Pengaruh Taman Wisata Candi Borobudur Terhadap Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Kabupaten Magelang 1980-1997, bangunan candi ini diresmikan sebagai tempat wisata pada 15 Juli 1980. Sampai akhirnya badan PBB, UNESCO, menobatkannya sebagai situs warisan dunia pada 1991.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya