SOLOPOS.COM - Stadion Manahan Solo (dok/Solopos.com)

Solopos.com, SOLO — Wilayah Manahan, Banjarsari, Solo, sebagai lokasi stadion yang kerap menjadi venue event olahraga nasional maupun internasional, memiliki sejarah panjang mengenai asal usul namanya.

Sejarawan Solo yang juga Dosen Sejarah Univesitas Sanata Dharma Yogyakarta, Heri Priyatmoko, dalam tulisannya “Memori Bersejarah Stadion Manahan Solo” menyebut muasal nama Manahan bukan dari tempat memanah.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Menurutnya, nama Manahan berasal dari nama tokoh legendaris Mataram Islam, Ki Ageng Pemanahan. Konon ceritanya, Heri menjelaskan Ki Ageng Pemanahan sempat bercokol lama di kawasan Manahan dan mendirikan semacam pondok atau padepokan, yang kemudian menjadi cikal bakal nama kawasan Depok.

Kawasan Depok berlokasi di dekat Taman Balekambang. Berdasarkan informasi yang dihimpun Solopos.com dari berbagai sumber, Ki Ageng Pemanahan yang dikaitkan dengan sejarah nama Manahan, Solo, adalah leluhur raja-raja Mataram Islam.

Ia adalah putra dari Ki Ageng Henis dan cucu Ki Ageng Sela.  Pada tahun 1556, Ki Ageng Pemanahan mendapatkan hadiah tanah bekas Mataram kuno yang runtuh pada 929 Masehi. Tanah itu hadiah dari Sultan Hadiwijaya setelah Ki Ageng Pemanahan berhasil mengalahkan Arya Penangsang.

Baca Juga: Termasuk Manahan, 6 Stadion di Indonesia Siap Gelar Piala Dunia U-20 2023

Tanah bekas Mataram kuno yang berupa hutan lebat kemudian dibuka oleh Ki Ageng Pemanahan menjadi Desa Mataram. Ki Ageng Pemanahan pun menjadi kepala desa dengan gelar Ki Gede Mataram.

Setelah Ki Ageng Pemanahan wafat pada 1584, putranya yang bernama Raden Sutawijaya menggantikan posisinya hingga kemudian menjadi Sultan Mataram I dengan gelar Panembahan Senopati.

Sejarah Stadion Manahan

Sedangkan mengenai sejarah Stadion Manahan Solo, sejarawan Heri Priyatmoko menyebut Manahan dan olahraga memang dua hal yang tak bisa dipisahkan. Sejarah lokal mencatat kawasan yang sekarang menjadi Stadion Manahan Solo dulunya merupakan tempat latihan memanah di era Mangkunagoro V.

Saat itu, kerabat Mangkunegaran dikenal gemar berburu binatang di Alas Kethu Wonogiri. “Bahkan sampai ada cerita tragis Mangkunegara V meninggal dunia saat berburu,” ujarnya.

Baca Juga: Live Closing Ceremony ASEAN Para Games 2022 Dimeriahkan Ratusan Penari

Kendati tujuan berburu itu untuk hiburan sembari olahraga, Heri menambahkan keluarga bangsawan Mangkunegaran tetap butuh tempat untuk berlatih. Dalam perjalanan sejarah, tempat latihan memanah yang kemudian menjadi Stadion Manahan Solo itu kemudian berubah menjadi lapangan balap atau pacuan itu.

Hal itu karena area pacuan kuda milik Mangkunegaran sebelumnya dipakai untuk membangun Stasiun Solo Balapan sekitar tahun 1870. “Pemerintah praja Mangkunegaran emoh ketinggalan dengan Kasunanan dalam memajukan olahraga dan ruang rekreasi di Taman Sriwedari,” jelas Heri.

Petinggi Mangkunegaran bergegas memerintahkan pembangunan lapangan Manahan seluas mungkin untuk olahraga pacuan kuda lengkap dengan tribune. Pembangunan lapangan ini melibatkan arsitek terkemuka Thomas Karsten.

Baca Juga: Jadi Tuan Rumah Piala Presiden 2022, Sport Tourism Solo Makin Mantap

Di tangan arsitek tersebut, Lapangan Manahan tidak hanya didesain menjadi sarana olahraga namun juga menjadi paru-paru kota dengan banyaknya pohon cemara yang ditanam. Juga menjadi daerah resapan air mengingat Solo kerap dilanda banjir.

Kemudian pada tahun 1989, sejarah mencatat Yayasan Ibu Tien Soeharto mulai membangun Stadion Manahan Solo. Butuh waktu sembilan tahun untuk membangun stadion tersebut hingga diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 21 Februari 1998.

Direnovasi demi Piala Dunia

Berdasarkan catatan Solopos.com, sejak diresmikan itu, Stadion Manahan Solo sempat mengalami beberapa kali renovasi. Pada 2008, ada perbaikan drainase dan penggantian rumput dengan total biaya sekitar Rp1,6 miliar.

Baca Juga: Arena Pacuan Kuda Mangkunegaran, dari Balapan ke Manahan

Selama renovasi ini, Stadion Manahan ditutup dan baru dibuka ketika renovasi selesai pada Juli 2009. Kemudian mulai Agustus 2018 dilaksanakan renovasi besar-besaran yang salah satu tujuannya untuk menyambut penyelenggaraan Piala Dunia U-20.

Stadion Manahan Solo ditunjuk menjadi salah satu venue pertandingan Piala Dunia U-20 yang seharusnya digelar pada 2021. Namun agenda itu tertunda akibat pandemi Covid-19.

Meski begitu renovasi tetap dilaksanakan dan akhirnya selesai kemudian diresmikan oleh Presiden Jokowi pada Februari 2020. Total anggaran untuk renovasi tersebut mencapai Rp301 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya