Solopos.com, TONDANO — Pangeran Diponegoro dan pengikutnya yang diasingkan di Sulawesi Utara, salah satunya di Tondano sejak 1930 mencatatkan sejarah berupa warisan lebaran ketupat yang disebut Ba’do Katupat. Pangeran Diponegoro dan pengikutnya meninggalkan Pulau Jawa setelah dipaksa menyerah pasca-Perang Jawa 1825-1830.
Tradisi ketupat sepekan setelah Idul Fitri sudah dilakukan oleh masyarakat Jawa-Islam sejak beratus tahun lalu. Mereka akrab menyebutnya sebagai riyaya kupat atau bakda kupat alias lebaran ketupat. Berbagai sumber menyebut tradisi lebaran ketupat sudah ada di Jawa sejak masa Wali Songo. Menurut sejarah, Sunan Kalijaga [1450 – 1513], salah satu bagian dari Wali Songo memperkenalkan dua kali lebaran yakni Idul Fitri dan bakda kupat.