SOLOPOS.COM - Sejumlah koleksi logam di Dukuh Tumang, Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Kamis (24/2/2022). (Solopos/Magdalena Naviriana Putri)

Solopos.com, BOYOLALI — Asal muasal Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Boyolali, tidak tercatat dalam sejarah secara tertulis.

Namun keberadaan Desa Cepogo tidak akan terlepas dari keberadan Dukuh Tumang yang di jadikan pusat pemerintahan Desa, sehingga sejarah Tumang lebih menonjol.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dukuh Tumang yang merupakan Dukuh industri kerajinan Logam yang lebih di kenal di masyarakat luas baik dalam negeri maupun luar negeri.

Dari berbagai informasi yang dikumpulkan, ada berbagai versi tentang asal muasal Desa Tumang Cepogo, salah satu versi yang berkembang disana adalah adanya pohon besar yang sampai saat ini tidak diketahui kapan ditanamnya.

Dilansir dari situs https://cepogo-boyolali.desa.id  Desa Tumang Cepogo konon lahir dari cerita dari rakyat tentang adanya cahaya yg bersinar terang setiap malamnya, cahaya tersebut bersumber dari pohon randu alas yang berada diujung dusun.

Baca juga: REPLIKA HARLEY DAVIDSON : Inilah “Motor Ghost Rider” Buatan Boyolali

Saat ini pohon berusia ratusan bahkan ribuan tahun ini masih kokoh berdiri dan disakralkan oleh masyarakat setempat. Beberapa masyarakat menganggap cahaya yang keluar dari pohon randu alas tersebut adalah hantu kemamang.

Cerita ini yang kemudian berkembang dan konon ceritanya kata Tumang itu berasal dari hantu kemamang. Versi lain juga menyampaikan bahwa jauh sebelum masa Mataram Islam, daerah ini adalah daerah umat Hindu untuk melakukan upacara ngaben (pembakaran mayat).

Dalam masyarakat jawa bibir tungku itu dinamakan tumang, karena itu salah satu tempat yang digunakan untuk membakar mayat adalah tumang. Karena itu daerah itu disebut sebagai Tumang.

Pada Tahun +- 1930 M, pada masa Pemerintahan Keraton Surakarta Hadiningrat, pada Masa Pemerintahan Pakoe Boewoeno X ( PB X ) , pada saat itu tersiar kabar bahwa salah satu pusaka keraton yang hilang ( baca jawa Murco).

Baca juga: Seru! 2.000 Warga Turut Meriahkan Kirab Kebangsaan di Cepogo Boyolali

Berdasarkan informasi abdi dalem keraton ( Nujum ) mengatakan bahwa pusaka keraton yang morco tersebut berada di Dukuh Tumang ( berda di sekitar Makam Kyai Ageng Rogosasi ).

Dari informasi tersebut Raja beserta prajurit melacak / mencari keberadaan pusaka tersebut ke wilayah Tumang, dengan mengadakan berbagai ritual cara keraton.

Pada saat Raja Paku Buwono X mengambil Pusaka tersebut, beliau melihat aktivitas warga di wilayah Tumang, khususnya di Dukuh Gunungsari sedang bekerja membuat dan memperbaiki alat dapur berbahan baku Tembaga.

Melihat aktivitas warga yang berbeda dengan mayoritas warga di wilayah Keraton Surakarta, Raja memberikan Nasehat dan pesan untuk meneruskan kegiatan itu karena diprediksi bakal jadi sumber rejeki warga setempat.

Salah satu pengusaha di Tumang, Mimik Sriningsih, mengatakan hasil kerajinan Tumang Boyolali itu diekspor hingga luar negeri. Mimik mengaku pernah mengekpor ke Malaysia.

Namun, aktivitas ekspor itu terhenti karena krisis moneter 1998. Saat ini ia hanya mengirim ke sejumlah wilayah di Indonesia, seperti Bali, Jakarta, Jepara, dan lain-lain.

Selain berjualan langsung, ia juga menjual produk kerajinan Tumang Boyolali melalui e-commerce. Mimik menyebut kerajinan Dukuh Tumang mendapatkan dukungan pemerintah desa hingga kabupaten.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya