Solopos.com, SUKOHARJO — Masyarakat Soloraya dan sekitarnya mengenal ciu sebagai minuman alkohol (minol) tradisional sejak era penjajahan Belanda dan menjadi aset monopoli perdagangan oleh pemerintah kolonial saat itu.
Masyarakat menggunakan ciu untuk ritual, menghangatkan badan, pengobatan herbal, stamina, dan solidaritas sosial. Tak ada catatan sejarah yang menunjukkan secara spesifik bahwa ciu adalah minol yang digunakan dalam upacara maupun adat istiadat. Sehingga, konotasinya menjadi negatif karena hanya digunakan untuk mabuk-mabukan.
Sudah Langganan ? Login
Lanjutkan Membaca...
Silakan berlangganan untuk membaca artikel ini dan dapatkan berbagai konten menarik di Espos Plus.