SOLOPOS.COM - Benteng Vastenburg Solo zaman dulu. (https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/)

Solopos.com, SOLO — Benteng Vastenburg yang berdiri kokoh di tengah pusat Kota Solo, Jawa tengah, menjadi saksi bisu sejarah masa lampau. Benteng ini dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda.

Dikutip dari situs cagarbudaya.kemdikud.go.id, Selasa (22/3/2022), benteng ini berfungsi menempatkan pasukan dan mengawasi wilayah sekitar benteng. Benteng ini dibangun dalam dua tahap.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Tahap pertama dibangun pada 1745 dan diberi nama Benteng Grooemoedigheid. Pada 1756 benteng ini kembali dibangun dan diperluas. Setelah selesai dibangun, nama benteng ini diubah menjadi Benteng Vastenburg (Benteng Kokoh).

Baca juga: Benteng Vastenburg Harus Dikuasai Pemerintah dan Dijadikan Ruang Publik

Selain menjadi tempat pasukan, lokasi Benteng Vastenburg juga berfungsi sebagai kantor Residen Surakarta. Penempatan pasukan di benteng ini bertujuan memudahkan pergerakan jika suatu saat dibutuhkan di daerah Keresidenan Surakarta.

Menurut Vincent Houben (2002), Benteng Vastenburg merupakan benteng yang termasuk ke dalam jaringan utama pertahanan militer pemerintah kolonial Belanda untuk mengawasi Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Pintu belakang Benteng Vastenburg Solo. (http://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/)

Pada 1891 dilakukan penambahan bangunan tangsi dan kandang kuda untuk pasukan kavaleri kota. Pada saat ini residen masih tinggal di lingkungan benteng. Pada 1896 kantor Residen Surakarta tidak lagi berada di dalam lingkungan benteng, kemudian dibangun sebuah bangunan baru di luar benteng yang digunakan sebagai kantor residen.

Baca juga: Murah! Segini Harga Teh Oplosan, Oleh-Oleh Favorit di Pasar Gede Solo

Konstruksi Benteng

Benteng Vastenburg yang menjadi saksi sejarah di Kota Solo merupakan situs cagar budaya. Benteng ini dibangun dengan konstruksi dinding bata setinggi enam meter dan parit yang dalam serta lebar dengan penghubung berupa jembatan gantung untuk menuju ke pintu gerbang benteng. Kini yang tersisa hanya parit yang sempit dan dangkal.

Bentuk benteng ini tidak berbeda dengan benteng-benteng Belanda di tempat lain, seperti Benteng Vredeburg di Yogyakarta, Benteng Ontmoeting di Ungaran, dan Benteng Herstelling yang sudah hancur. Perbedaannya, biasanya hanya pada ukuran, luas bangunan, dan ketebalan, serta tinggi dindingnya.

Baca juga: Dukuh Cendolan Jadi Cikal Bakal Dawet Bayat, Begini Sejarahnya

Pagar atau dinding yang mengelilingi berbentuk tepung gelang. Pintu masuk benteng ada dua, yaitu barat dan timur dengan jembatan jungkit (angkat) yang menghadap ke timur dan barat. Sedangkan bangunan di dalam benteng sengaja dipetak-petak untuk rumah tinggal para prajurit dengan keluarganya. Di beberapa titik sekelilingnya ada pula bangunan rumah tinggal para perwira (sekitar enam hingga tujuh asrama).

Gerbang utara Benteng Vastenburg Solo. (http://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/)

Struktur benteng merupakan tembok masif (bearing wall) dengan lubang-lubang jendela/pintu yang bagian atas berbentuk lengkung. Sedangkan, konstruksi lantai pada bangunan tingkat disusun dari papan kayu yang menumpang pada balok-balok kayu.

Baca juga: Malioboro Jogja Tak Ramah Wisatawan, Ada Apa Gerangan?

Tekanan untuk Keraton Solo

Dikutip dari laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, Baron van Imhoff, Gubernur Jenderal Belanda yang pada saat itu memimpin pemerintahan, merencanakan benteng ini sebagai pusat pertahanan terkait perdagangan yang ada di Jawa.

Namun, melihat letak benteng yang cukup dekat dengan wilayah keraton, Benteng Vastenburg diduga menjadi sebuah tekanan terhadap Keraton Solo untuk tidak berbuat macam-macam. Pasalnya, terdapat meriam yang siap ditujukan ke keraton apabila mengancam keberadaan Belanda yang ada di wilayah itu.

Dalam perkembangannya, Benteng Vastenburg juga digunakan pusat kegiatan militer yang dilengkapi oleh beberapa fasilitas misalnya kantor, dapur, gudang guna keperluan senjata dan keperluan sehari-hari, asrama, serta ruang terbuka. Di sekeliling benteng terdapat permukiman Belanda dan terdapat para pedagang sehingga menjadi pusat perdagangan Belanda.

Baca juga: Tak Bisa Dilihat Masyarakat, Ini Penampakan Tamansari di Keraton Solo

Pada setiap sudut pada benteng ini, memiliki sebuah ruangan yang menojol biasa disebut bastion. Dulunya, terdapat jembatan yang berguna menuju pintu gerbang benteng karena pada keliling Bentenng Vastenburg terdapat parit yang berguna menghadang musuh.

Gerbang timur Benteng Vastenburg Solo. (http://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/)

Sayangnya keberadaan jembatan ini tidak dapat dijumpai di masa sekarang dan hanya menyisakan parit yang dangkal. Di dalam benteng terdapat bangunan sebagai tempat tinggal prajurit penjaga benteng dan lapangan di tengah benteng berguna sebagai tempat apel pada masa itu.

Baca juga: Makna Catur Sagatra, Sinergi Keraton Solo & Jogja

Setelah Indonesia merdeka, sejarah Benteng Vastenburg di Solo berubah digunakan sebagai markas Tentara Nasional Indonesia. Pada dekade 1970 hingga 1980-an benteng ini digunakan sebagai markas pusat Brigade Infanteri 6/Trisakti Baladaya Kostrad untuk wilayah Karesidenan Surakarta dan sekitarnya. Setelah itu, benteng ini tidak digunakan lagi.

Pada 2010, Benteng Vastenburg ditetapkan Cagar Budaya dan telah dilakukan restorasi pada bangunannya. Hingga kini, keberadaan Benteng Vastenburg masih berdiri kokoh ditengah pusat Kota Solo dan tetap lestari menjadi peninggalan pemerintahan Hindia Belanda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya