SOLOPOS.COM - Seorang warga melihat foto saat pameran foto dan arsip di Pendapa Kantor Kecamatan Baki, Sukoharjo, Sabtu (28/11/2020). (Solopos/Bony Eko Wicaksono)

Solopos.com, SUKOHARJO — Kisah berdirinya Baki yang merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, tak lepas dari perjalanan sejarah Keraton Solo. Saat ini, Kecamatan Baki terdiri atas 14 desa yaitu Bakipandeyan, Bentakan, Duwet, Gedongan, Gentan, Jetis, Kadilangu, Kudu, Mancasan, Menuran, Ngrombo, Purbayan, Siwal, dan Waru.

Sejak dulu, Baki merupakan daerah yang sangat dikenal luas oleh masyarakat Kota Solo dan sekitarnya, terutama dalam kuliner nasi liwet khususnya di Duwet dan sentra produsen kerajinan gitar di Ngrombo dan Mancasan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dalam sejarahnya, nama Kecamatan Baki berasal dari nama seorang keturunan Tionghoa bernama Bah Baki, yang makamnya berada di Desa Bentakan. Berdasarkan cerita, mengutip laman Wikipedia, Kamis (31/3/2022), Bah Baki adalah bagian dari kesatuan prajurit Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, yang bernama Bregodo Baki. Sampai sekarang kesatuan itu pun masih digunakan dalam acara-acara kirab yang diadakan oleh Keraton Solo.

Baca juga: Eman-Eman, Sekitar 10 Ha Lahan Pertanian di Baki Sukoharjo Nganggur

Menurut kisah tersebut, seragam prajurit Baki berwarna merah, dengan jarik berwarna abu-abu, bersenjatakan tombak, dengan menggunakan kuluk di kepala. Kuluk adalah kopiah kebesaran yang sekarang banyak digunakan untuk acara pernikahan Jawa.

Bertepatan dengan masa Perang Diponegoro, suatu saat prajurit-prajurit Diponegoro kalah dalam peristiwa penyerangan di Gawok (kini di Gatak, Sukoharjo). Pasukan Belanda kemudian mengejar para prajurit Diponegoro sampai ke desa-desa di sekitar Baki. Saat itu ada sebuah kejadian, dimana sepasukan Belanda yang terpojok oleh prajurit Diponegoro dalam sebuah makam, namun dapat menyerang balik menggunakan senjata lebih lengkap.

Persawahan Sangat Subur

Selanjutnya pada periode setelah tahun 1861, sejarah Kecamatan Baki mencakup cerita tentang area perkebunan, baik perkebunan tembakau, tebu, dan juga nila. Selain itu, di Baki juga ada area persawahan yang sangat subur serta total 7 pabrik tersebar di wilayah Baki dan sekitarnya yakni Gatak dan Grogol.

Baca juga: Marak Pembangunan Perumahan, Sawah di Baki Sukoharjo Tinggal Segini

Salah satu pabriknya adalah Landbouw Maatschapiij Temoeloes atau sekarang berada di wilayah Dukuh Pabrik, Kelurahan Pondok, Kecamatan Grogol, Sukoharjo. Pabrik ini mengelola berbagai macam komoditas yaitu tebu, tembakau, biji nila, dan padi. Pabrik ini cukup sukses di zamannya, walaupun pernah beberapa kali melaporkan kerugiannya.

Selain itu masih ada Bakipandejan Cultuur Maatschapijj, Landbouw Maatchapiij Manang, Cultuur Maatchapijj Gawok, Indigo Fabrik Siwal, dan Indigo Fabriek Ngroeki.

Berdasarkan catatan Solopos.com, pada November 2020 digelar pameran foto dan arsip bertajuk Baki Tempoe Dulu di Pendapa Kantor Kecamatan Baki, Sukoharjo. Selain foto dan arsip terkait sejarah Baki, pameran juga menampilkan benda-benda yang memiliki nilai historis seperti batu bata dan selongsong peluru bekas peninggalan penjajahan Kolonial Belanda.

Baca juga: Wow! Sawah IP 400 Sukoharjo Hasilkan 45.422 Ton Gabah dalam 3 Bulan

Pameran foto dan arsip itu Kecamatan Baki, Sukoharjo, itu berlangsung selama dua hari pada 28 November-29 November 2022. Pameran foto dan arsip itu menggambarkan perjalanan sejarah wilayah Baki pada 1827-1997.

“Perjalanan sejarah Baki mulai saat perang gerilya Pangeran Diponegoro pada 1827. Kala itu, pasukan Pangeran Diponegoro menyerang benteng kolonial Belanda di Gawok, Gatak. Lantaran gagal, pasukan Pangeran Diponegoro melarikan diri ke wilayah Baki,” kata seorang pegiat sejarah Baki, Surya Harjono, saat berbincang dengan Solopos.com, Sabtu (28/11/2020).

Dalam pameran foto dan arsip itu juga ada sejumlah berita koran dalam bahasa Belanda yang mengupas transportasi umum wilayah Kecamatan Baki, Sukoharjo.

Pada 1927, ada dua bus yang beroperasi mengangkut penumpang melewati wilayah Baki. Kedua bus itu yakni Liem Boen Hoo jurusan Solo-Seragen-Delanggu PP dan Maroeto jurusan Solobaki-Wonosari-Delanggu. “Kami ingin mengedukasi masyarakat agar mereka memahami potensi sejarah Baki. Ini juga bisa menjadi lokasi destinasi sejarah bagi masyarakat,” jelas Surya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya