SOLOPOS.COM - Foto udara kondisi banjir limpasan air laut ke daratan atau rob yang merendam kawasan Terminal Petikemas Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, Jawa Tengah, Senin (23/5/2022). (Antara/Aji Styawan)

Solopos.com, DEMAK — Rob menjadi bencana yang menghantui masyarakat di kawasan pesisir, terutama pantai utara Jawa. Rob adalah banjir yang terjadi di area pesisir karena permukaan air laut lebih tinggi daripada bibir pantai.

Secara khusus, rob diartikan sebagai bencana banjir yang diakibatkan oleh air laut yang mengenangi daratan yang lebih rendah.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kota-kota di kawasan pantai utara (pantura) pulau Jawa, khususnya di Jawa Tengah, selalu menjadi langganan bencana banjir rob setiap tahunnya.

Berdasarkan penelusuran Solopos.com di berbagai video dokumentasi di kanal Youtube, Selasa (24/5/2022), sejumlah warga pesisir mengatakan bahwa banjir rob ini mulai melanda pada awal era 2000-an. Kala itu lahan-lahan di kawasan pesisir dialihfungsikan sebagai area perumahan dan juga industri.

Seorang warga pesisir bernama Pasijah yang tinggal di Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah mengatakanbanjir yang terjadi di awal era tahun 2000an ini mulanya hanya menggenangi sebagian kecil lahan.

Baca Juga: Waspada! BMKG: Potensi Banjir Rob di Pesisir Jateng Hingga 25 Mei

Menurut keterangan Pasijah, sebelum bencana banjir rob melanda, di desa tempat dia tinggal masih terdapat banyak lahan pertanian dan juga perkebunan. Namun, dari tahun ke tahun, lahan yang tenggelam karena banjir rob semakin meluas hingga lahan yang dulunya adalah ladang pertanian dan perkebunan, kini sudah menjadi tambak.

Pasijah dan keluarganya adalah satu-satunya yang saat ini masih bertahan di Desa Bendono sedangkan warga lainnya sudah mengungsi di lahan baru yang disediakan oleh pemerintah. Hal yang sama terjadi di kawasan pesisir di Pekalongan, Jawa Tengah.

Pada 2003, bibir pantai masih terlihat berada di jalur koordinatnya. Namun pada 2019 silam, bibir pantai sudah tidak terlihat lagi akibat bencana banjir rob yang melanda dari tahun ke tahun.

Pesisir Pekalongan

Warga pesisir lainnya yang ada di Pekalongan bernama Sisriati mengatakan setiap bencana banjir rob melanda, rumahnya selalu tenggelam hingga satu meter. Dia juga mengatakan bahwa sebelum banjir rob melanda sangat parah, banyak lahan pertanian dan perkebunan yang menjadi sumber mata pencaharian warga.

Baca Juga: Ini Daftar Wilayah yang Terdampak Banjir Rob di Semarang

Namun, karena sebagian besar lahan sudah tenggelam permanen, banyak warga yang kini menjadi pengangguran. Sisriati juga menjadi salah satu warga pesisir Pekalongan yang kehilangan sumber penghasilannya di bidang pertanian dan perkebunan akibat rusaknya lahan akibat rob di pantura.

Sementara itu, berdasarkan analisis para pakar, ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya banjir rob. Dari banyak faktor tersebut, ada dua yang menjadi faktor utama, yaitu pemanasan global yang berakibat mencairnya es dari area kutub dan menyebabkan permukaan air laut tinggi. Serta penurunan permukaan tanah (land subsidence) yang diakibatkan pemanfaatan air tanah oleh perumahan hingga industri.

Pembebasan/Pengosongan Lahan Pesisir 

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, menjelaskan solusi dari pengembalian fungsi lahan ini bisa dilakukan dengan metode perbaikan tata ruang dan itu memakan biaya yang sangat tinggi.

Berdasarkan pembelajaran Ganjar melalui beberapa karya literasi, salah satu metode yang paling efektif adalah dengan mengosongkan lahan. Dalam artian, kawasan pesisir dibebaskan dari segala aktivitas, baik itu perumahan hingga industrial dan dijadikan sebagai lahan hutan mangrove untuk pencegahan dampak signifikan dari banjir rob untuk waktu kedepannya.

Baca Juga: Kronologi Tanggul Laut Pelabuhan Tanjung Emas Jebol, Picu Banjir Rob

Sementara itu, pada 2017 lalu, pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah membangun sebuah tanggul di Kelurahan Bandengan, Pekalongan. Di tahun dan lokasi yang sama pula, pemerintah pusat dengan anggaran dari APBN juga telah membangun tanggul setinggi tiga meter. Namun tanggul ini dinilai kurang efektif untuk menghalau terjangan banjir rob karena tola ukur tingginya berada pada beberapa meter di bahwa tanah.

Dilansir dari Pu.go.id, pembangunan tanggul oleh pemerintah pusat yang berada dibawah kewenangan Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah diselesaikan sebagai pada 3 Febuari 2021 lalu sebagai infrastruktur pengendalian banjir rob di Kota Pekalongan dengan menggunakan sistem polder berupa long storage dengan tanggul pembatas atau disebut tanggul rob dengan panjang 7,2 km.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya