SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO — Kaum kafir Quraisy mengajak suku-suku Arab untuk bergabung menyerbu Madinah. Peristiwa yang terjadi pada tahun 5 H ini menjadi ujian berat bagi umat Islam.

Dari luar mereka harus mempertahankan serbuan 10.000 pasukan, sementara dari dalam menghadapi musuh yang lebih berbahaya, kaum Yahudi dan munafik.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Lebih berbahaya, karena mereka berada bersama umat Islam di dalam Kota Madinah, tetapi mereka selalu mengharapkan kekalahan Islam.

Kaum Yahudi yang mempunyai perjanjian dengan umat Islam, akhirnya membelot ikut bergabung dengan pihak musuh. Sedangkan kaum munafik, mengambil kesempatan dengan menyebarkan isu dan ejekan untuk melemahkan kekuatan dan mental umat Islam.

Peristiwa ini diabadikan Al-Qur’an sebagai suatu ujian yang berat, “Di situlah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan [hatinya] dengan goncangan yang sangat.” (Q. S. 33; 11)

Menghadapi kondisi yang ada, Nabi SAW mengajak para sahabat bermusyawarah. Dan akhirnya beliau menyetujui usul yang disampaikan sahabat Salman Al-Farisi RA.

Pasukan Islam akan bertahan di dalam kota, sedangkan untuk menghambat serbuan pasukan musuh, mereka akan menggali parit sebagai pertahanan. Karena itu perang ini dinamakan juga dengan perang Khandaq (Parit).

Sewaktu menggali parit dan terdapat batu besar yang tak mampu dipecahkan para sahabat, Nabi SAW turun ke parit. Beliau memukul beberapa kali dengan keras, hingga batu tersebut pecah dan mengeluarkan kilatan cahaya.

Beliau menyaksikan beberapa kerajaan dari kilatan cahaya yang keluar, dan mendapat kabar gembira dari Malaikat Jibril AS. Bahwa kelak, Hira, Persia, Rumawi dan Shana, akan jatuh ke tangan umat Islam.

Apa yang disampaikan Nabi SAW disambut gembira umat Islam dengan bertakbir, tetapi kaum munafik bagai mendapatkan tambahan “amunisi” untuk mengejek.

“Kalian menggali parit karena ketakutan, mana mungkin akan membebaskan kerajaan Rumawi, Persia?”

Tokoh lain mengejek dengan berkata, “Jangankan kerajaan, kita sekarang mau buang air kecil saja takut.” Dan kata-kata lain yang bertujuan menurunkan semangat dan mental umat Islam.

Ejekan dari kaum munafik ini, walaupun disanggah oleh mereka, namun disampaikan secara langsung oleh Jibril kepada Nabi SAW.

“Dan [ingatlah] ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata: “Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya”. (Q. S. 33; 12).

Memang secara logika, mustahil apa yang disampaikan Nabi SAW akan terjadi. Jangankan mengalahkan kerajaan besar, menghadapi musuh yang datang pun jumlah mereka kalah banyak. Tetapi logika yang didasari keimanan, bukan hanya memercayai, menyakini seluruh apa yang disampaikan Nabi SAW. Dan inilah perbedaan pokok antara seorang muslim dengan munafik dalam hal keimanan.

Kaum munafik bersyahadat, namun tak sampai menembus hati. Mereka salat di belakang Nabi, namun memiliki maksud dan tujuan tertentu.

Bila seruan jihad diteriakkan mereka lari mencari alasan, sedangkan bila datang kemenangan mereka tampil bagai pahlawan.

Ratusan ayat Al-Qur’an membongkar kedok mereka, untuk diambil sebagai pelajaran.Bahkan salah satu surat Al-Qur;an pun dinamakan dengan Surat Al-Munafiqun (Q. S. 63) Mengapa sampai demikian?

Karena untuk mengingatkan umat sepanjang masa, bahwa pada hakikatnya merekalah musuh sejati. Yang sangat sulit, mereka musuh yang tidak dapat diperangi.

Di masa Nabi SAW, berkali-kali para sahabat memohon izin untuk membunuh mereka, namun Nabi selalu melarang. Beliau menjelaskan, bahwa jangan sampai kelak di kemudian hari orang akan mengatakan, bahwa Nabi membunuh umatnya sendiri.

Perang Ahzaab termasuk sebuah ujian yang tak mudah untuk dilalui, namun dengan keimanan dan kesabaran, akhirnya pertolongan Allah datang. Pasukan musuh dikalahkan oleh badai pasir hingga kocar-kacir, dan umat Islam selamat dari serbuan musuh.

Apa yang disampaikan Nabi SAW, akhirnya menjadi kenyataan. Rumawi, Persia dan seluruh jazirah Arab dalam hitungan tahun mampu dikuasi umat Islam.

Dengan keimanan dan kesabaran, ujian yang berat akan mampu dilalui. Sedangkan buah dari semua itu adalah kemenangan.

Muhsin Al-Jufri
Mubalig dan salah seorang pemrakarsa Forum Silaturahmi Minggu Legi di Solo

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya