SOLOPOS.COM - Novel Baswedan bersama istri (Foto: Facebook)

Novel Baswedan bersama istri (Foto: Facebook)

SEMARANG–Kompol Novel Baswedan, belakangan jadi sorotan banyak pihak. Pria kelahiran Semarang 20 Juni 1977 ini dinilai oleh sebagian pihak sebagai simbol perlawanan KPK terhadap Polri.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Bila jilid buaya vs cicak jilid pertama ada nama Susno Duadji (Polri) vs Bibit-Chandra (KPK), kali ini ada Novel Baswedan (KPK) vs Timur Pradopo (Polri).

Bagaimana kehidupan Novel Baswedan?

Ekspedisi Mudik 2024

Prestasi akademis Kompol Novel Baswedan semasa menempuh studi di SMAN 2 Semarang, tergolong biasa-biasa saja. Seperti diungkapkan oleh sejumlah guru di sekolah itu.

Kepala SMA Negeri 2 Semarang, Hari Waluyo, Senin (8/10/2012), membenarkan Novel alumnus sekolah itu. Novel tercatat masuk pada 1992 dan lulus 1995.

Berdasarkan catatan akademis SMAN 2 Semarang, Novel, anak kedua dari tiga bersaudara, lulusan SMPN 4 Semarang sebelum melanjutkan ke SMAN 2 Semarang.

Pada buku induk siswa, hanya tercantum nama “Novel”, putra dari pasangan Salim dan Fatimah yang beralamat di Jl Raden Patah, Kampung Sumur Umbul No 84, Semarang. Dia diterima masuk SMA Negeri 2 Semarang pada 18 Juli 1992.

Nilai Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (Ebtanas) sekolah Novel juga menunjukkan variasi 6-8, seperti nilai 8 untuk pelajaran Pendidikan Agama, Pendidikan Moral Pancasila (PMP), Sejarah, Geografi, Matematika dan Fisika.

Sementara dari nilai Ebtanas murni, nilai tertinggi tercatat hanya pelajaran Fisika yakni 8,20. Nilai untuk pelajaran lainnya bervariasi, seperti PMP, Bahasa Indonesia, Matematika, Biologi dan Kimia.

Seraya membuka-buka buku arsip siswa, Hari yang baru beberapa hari menjabat Kepala SMA Negeri 2 Semarang mempersilakan menanyai guru-guru yang lebih tahu, karena pernah mengajar Novel saat menempuh studi.

Nur Badriyah, guru Agama Islam SMA Negeri 2 Semarang yang mengaku pernah mengajar Novel, menilai yang bersangkutan termasuk pribadi pendiam, kalem, serta tidak pernah bermasalah dengan pihak sekolah.

”Seingat saya, dia [Novel] termasuk siswa yang pendiam dan rajin ikut kegiatan-kegiatan sekolah, meski tidak masuk kepengurusan. Kalau secara akademis, kelihatannya dia pintar dalam pelajaran Fisika,” tutur Badriyah.

Sebagai contoh, kata guru yang mulai mengajar di SMA Negeri 2 Semarang pada 1990 itu, Novel aktif mengikuti kegiatan kerohanian Islam (Rohis), seperti pengajian dan salat berjamaah, meski tidak masuk menjadi pengurus Rohis.

”Saya waktu itu kebetulan jadi pembina Rohis, jadi saya ingat persis dia aktif kegiatan Rohis,” lanjut Badriyah, seraya mengatakan dirinya tetap mengedepankan prasangka baik menanggapi kasus yang tengah menimpa salah satu mantan muridnya itu.

Badriyah mengungkapkan kebanggaannya terhadap anak didiknya yang berhasil masuk Akademi Kepolisian itu, seraya menggarisbawahi terlepas dari siapa yang ternyata benar dan salah, kebenaran harus terus ditegakkan.

Senada, Sumarno, guru Fisika SMA Negeri 2 Semarang, mengaku pernah mengajar Novel dan mengingatnya sebagai pribadi yang halus, kalem, pendiam dan memang tidak terlalu menonjol dalam prestasi akademis.

”Seingat saya, prestasinya memang biasa-biasa saja, kendati untuk Fisika tergolong lumayan. Sebagai orang awam, saya berharap masalah yang membelit KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) segera usai, agar bisa maksimal bekerja,” ujar guru yang mengajar sejak 1987 itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya