SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

    Perikop bacaan kita hari Minggu ini merupakan bagian dari surat kiriman nabi Yeremia kepada orang-orang buangan di Babel (Yeremia, 29:1-14). Kita tahu, setelah Raja Salomo meninggal dunia, kerajaan Israel terpecah menjadi dua, Israel Utara yang dikenal sebagai Israel dan Israel Selatan yang dikenal sebagai Yehuda.

    Dalam perjalanannya, ada banyak raja yang sempat memerintah kedua kerajaan ini. Di antara para raja itu, tidak semuanya – bahkan bisa dikatakan banyak di antaranya – yang tidak takut akan Tuhan. Oleh karena itu, Tuhan mengirimkan banyak nabi untuk menegur mereka. Namun teguran itu sering tidak diindahkan sehingga Tuhan pun memberi peringatan keras berupa hukuman. Tahun 722 SM Kerajaan Israel jatuh, dikalahkan oleh bangsa Asyur. Pada 587 SM Kerajaan Yehuda dikalahkan oleh Babel dan sebagian besar rakyatnya dibawa ke Babel sebagai orang buangan. Orang-orang buangan inilah yang dikirimi surat oleh Yeremia.

Promosi Mabes Polri Mengusut Mafia Bola, Serius atau Obor Blarak

    Nabi Yeremia mengirimkan surat ini dengan latar belakang adanya nubuat palsu di antara orang-orang Yehuda di pembuangan. Nubuat palsu itu menyatakan bahwa pembuangan itu hanya akan berlangsung sebentar sehingga orang Yehuda tidak perlu khawatir, tidak perlu melakukan apa-apa selain menantikan saat kepulangan mereka. Padahal, sesuai nubuat nabi Yeremia, orang-orang Yehuda akan dibuang ke Babel selama 70 tahun! Bukan waktu yang sebentar! Cukup waktu untuk seseorang mempunyai cucu.

    Oleh karena itu, dikirimkanlah surat yang kita baca hari ini. Surat yang menyatakan supaya orang-orang Yehuda menjalani hidup seperti biasa sekalipun berada di pembuangan. Perintah supaya orang-orang Yehuda pun mengusahakan kesejahteraan kota tempat tinggal mereka saat ini, karena bila kota itu sejahtera mereka yang tinggal di situ pun akan turut merasakan kesejahteraan itu.

    Sekarang marilah kita lihat kondisi hidup kita saat ini. Apakah kita merasa dibuang oleh Tuhan sehingga hidup sebagai orang Indonesia? Apakah kita merasa berada dalam pembuangan saat kita tinggal di kota Jogja? Dengan penuh keyakinan kita bisa mengatakan bahwa bukan sebuah kesalahan bila Tuhan menjadikan kita sebagai orang Indonesia. Hal itu pasti disebabkan oleh sebuah rancangan yang sudah dirancang dengan teliti oleh Tuhan. Selain itu, banyak di antara kita yang pada akhirnya secara dewasa memilih untuk tinggal dan hidup di kota Jogja. Apapun alasannya – bekerja, sekolah, kuliah, berumah tangga – adalah sebuah keputusan yang kita ambil dengan sadar dan dewasa.

    Apabila bercermin dari surat Yeremia, seorang yang dibuang diharuskan mengusahakan kesejahteraan kota tempat mereka dibuang. Tentu lebih lagi kita yang memahami bahwa kehadiran kita di Indonesia/Jogja ini bukan suatu bentuk pembuangan, bahkan kadang-kadang adalah hasil sebuah pilihan.

    Tentu kita pun memiliki tanggung jawab untuk mengusahakan kesejahteraan kota tempat tinggal kita. Itu berarti, sebagai orang Kristen kita tidak boleh apatis/acuh tak acuh dengan kondisi kehidupan sehari-hari. Ada sebagian kalangan yang merasa bahwa hidup di dunia ini hanya sementara, bahwa hidup di dunia ini adalah sebuah lembah air mata yang tidak perlu dipedulikan. Yang penting adalah bagaimana hidup benar secara rohani saja. Namun belajar dari surat Yeremia ini, terlihat bahwa pemahaman yang seperti itu tidak tepat. Orang Kristen adalah bagian dari dunia ini, oleh karena itu juga harus peduli pada dunia ini.

    Mari kita bercermin, melihat diri kita masing-masing, sudahkah kita mengusahakan kesejahteraan kota/negara tempat kita tinggal. Pedulikah kita akan lingkungan hidup kita? Atau justru kita merusaknya dengan sampah, semenisasi tanpa menyisakan tanah, dan polusi udara?

    Pedulikah kita akan perjalanan hidup bernegara? Ataukah kita tidak peduli akan Pemilu misalnya? Pedulikah kita akan pederitaan orang lain? Ataukah kita merasa bahwa orang miskin, perempuan yang direndahkan, anak-anak yang disia-siakan adalah memang sudah kodratnya seperti itu? Bahwa memang harus ada orang-orang yang dibegitukan supaya kita nyaman?

    Pedulikah kita akan kerusakan alam yang menyebabkan bencana? Ataukah kita malah senang karena merasa itu adalah tanda-tanda terjadinya kiamat yang berarti kita akan segera diangkat dari kehidupan dunia ini?

    Pedulikah kita akan konflik yang terjadi antara orang-orang yang berbeda keyakinan/ras/pendapat? Ataukah kita merasa, orang-orang yang berbeda dari kita itu sebaiknya dimusnahkan saja?

    Pertanyaan-pertanyaan di atas perlu selalu kita tanyakan pada diri kita. Segala kepedulian di atas adalah bentuk upaya kita mengusahakan kesejahteraan kota/negara tempat kita tinggal. Di situ, kita pun merasakan kesejahteraan yang sama. Dengan demikian, kita yang sudah diselamatkan melalui kematian dan kebangkitan Kristus, membagikan keselamatan itu dengan membawa kesejahteraan bagi semua. Amin.

Oleh  Pdt. Kristi
Pendeta Jemaat Gereja Kristen Jawa Gondokusuman, Yogyakarta

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya