SOLOPOS.COM - Satu menu Sego Trondol Mbok Kam, diambil saat berada di warungnya, Sabtu (6/8/2022). (Solopos.com/Ni'matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI–Di Dukuh/Desa Sukabumi, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, ada kuliner malam yang selalu ramai dibanjiri pelanggan. Kuliner tersebut adalah Sego Trondol Mbok Kam.

Letaknya sedikit tersembunyi karena masuk ke jalanan kampung dari Pasar Sayur Cepogo lama.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Saat Solopos.com mengunjungi lokasi tersebut pada Sabtu (6/8/2022) malam, pembeli memenuhi lokasi penjualan Sego Trondol Mbok Kam tersebut.

Salah satunya adalah Joko Mulyono, 26, pembeli asal Cluntang, Musuk, Boyolali.

Ia mengaku baru kali pertama mencoba makan Sego Trondol Mbok Kam di Sukabumi tersebut.

“Rasanya pedas banget, tapi enak. Ke sini karena rekomendasi teman, soalnya di sini katanya terkenal. Dan ternyata tidak mengecewakan, recommended sekali. Ini seperti nasi kucing, tapi beda karena ini nasi, bandeng, sambal, ditambah cap jay atau mi,” kata dia saat berbincang dengan Solopos.com di lokasi, Sabtu malam.

Ia mengatakan Sego Trondol Mbok Kam sangat cocok dinikmati di hawa dingin Sukabumi, Cepogo, karena cita rasa pedasnya.

Ia mengaku membeli seharga Rp5.000 untuk sego trondol tapi sudah sangat kenyang.

Senada dengan Joko, pembeli lain asal Ngargosari, Ampel, Dimas Pratama, 25, mengaku sering datang membeli Sego Trondol Mbok Kam.

“Kalau ke sini tiap jam 10 malam [pukul 22.00 WIB] karena jam segitu jam-jam genting lapar. Harganya murah, sekaligus ngadem dan nongkrong. Spesialnya di sini itu pedasnya itu, sama gorengannya yang selalu hangat alias baru digoreng, yang dicari itu,” jelas Dimas.

Sementara itu, anak ketiga pemilik warung Sego Trondol Mbok Kam, Rosit Sidik, 28, mengaku penamaan ‘Trondol’ berasal dari nama karapan anak kedua Mbok Kamsinah. Karapan tersebut didapat dari kawan-kawan sang anak kedua yang makan di tempatnya.

Lebih lanjut, Rosit mengungkapkan ibunya, Mbok Kamsinah, memulai usaha pada 2009 dengan berjualan gorengan dan setor nasi untuk warung-warung.

“Untuk buka warung sudah hampir tujuh tahun, bukanya dari dulu juga sudah malam karena meladeni orang-orang di pasar sayur dan masih setor ke HIK sambil jualan gorengan. Baru mulai 2020 ramai dari mulut ke mulut dan karena media sosial, sekarang pembeli banyak anak muda, ada yang lokal Boyolali, terus Solo, dan Magelang,” ungkap Rosit.

Saat disinggung mengenai keberadaan Mbok Kamsinah, Rosit mengungkapkan sang ibu sedang beristirahat. Ia mengaku, Mbok Kam masih sering membantu juga. Namun, saat suasana ramai, ia akan beristirahat.

“Saat ini Mbok Kam usianya sudah 60-an. Jadi istirahat saja, diganti anak-anaknya,” kata dia.

Rosit mengatakan Sego Trondol Mbok Kam di Sukabumi, Boyolali ini buka mulai pukul 20.00 WIB – 00.30 WIB. Namun, ia mengatakan biasanya harus tutup lebih awal karena sudah habis.

Ia mengaku pada hari biasa, Sego Trondol Mbok Kam dapat memiliki omzet minimal Rp2,5 juta. Dan pada hari ramai, yaitu Sabtu malam dan Minggu malam dapat mencapai Rp4 juta.

“Sehari habis 20-35 kilogram beras, kadang lebih. Bandeng tiap hari beli Rp400.000, mi biasanya tiga – empat bungkus, kalau tjap tjay tujuh kilogram. Biasanya cap jay dua jam setelah buka habis, diganti mi. Sama misal bandeng habis, tambah telur dadar dua kilogram hingga empat kilogram,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya