SOLOPOS.COM - Sumur berkedalaman tujuh meter yang biasa digunakan Tarjo, 57, penambang emas di kaki Bukit Randu Kuning, Desa Jendi, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, untuk mencari bongkahan batu mengandung emas. Foto diambil, Kamis (11/8/2022). (Solopos.com/Luthfi Shobri M)

Solopos.com, WONOGIRI — Sejumlah orang di kaki Bukit Randu Kuning di Desa Jendi, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri memilih setia bekerja sebagai penambang emas tradisional. Pekerjaan menambang dinilai masih dapat diandalkan guna mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Salah satu penambang emas tradisional, Tarjo, 57, mengaku beraktivitas sebagai penambang emas tradisional setelah Salat Subuh. Agar memperoleh bijih emas, Tarjo harus masuk ke sumur sedalam tujuh meter. Di dalam sumur, ia mencari dan menggali bongkahan batu yang dipastikan mengandung emas.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Biasanya saya di dalam sumur itu sekitar empat jam. Setelah terkumpul [bongkahan batu] di dalam ember, saya naikkan ke atas [permukaan],” kisah Tarjo ketika berbincang dengan Solopos.com, Kamis (11/8/2022).

Tarjo biasa memecahkan bongkahan batu saat siang hari. Di sore harinya, Tarjo gunakan untuk beristirahat. Selama beraktivitas, Tarjo mematok target dapat memperoleh hasil 100-200 mililiter (ml).

“Kalau sudah dipecah semua, saya masukkan hasil pecahan batu ke mesin penggiling esok harinya. Sementara, mesin penggilingnya biar tetap berjalan,” kata dia.

Baca Juga: Selain 1,5 Juta Ton Emas, Ini Potensi Tambang di Wonogiri

Agar batu pecahannya halus, Tarjo membutuhkan waktu menggiling hingga 12 jam. Saat pecahan batunya dinilai keras, waktu penggilingannya juga ikut bertambah. Waktu tambahannya bisa mencapai 24 jam.

Penggilingan itu menghasilkan bijih-bijih emas. Begitu memperoleh bijih-bijih emas, yang Tarjo lakukan berikutnya, yakni menjual hasil emas gilingannya ke pengepul.

Dari 200 ml emas yang ia hasilkan, harga yang ia dapat di pengepul sekitar Rp100.000. Namun, upah sebanyak itu tak selalu diperoleh dalam sehari.

Dengan penghasilan yang tak seberapa, Tarjo memilih tetap bertahan menjadi penambang emas di kaki Bukit Randu Kuning.

Baca Juga: Bukit Emas Wonogiri Sempat Jadi Rebutan Wong Cilik & Australia

“Saya dulu sempat off [tidak aktif] menambang selama 12 tahun. Selama itu saya merantau. Tapi karena capai, saya pulang kembali menjadi penambang emas sejak 2015 hingga sekarang,” kata dia.

Warga RW 005 Dusun Geritan, Samuji, mengakui sempat menjadi penambang emas tradisional seperti yang Tarjo lakukan. Tapi dalam beberapa tahun terakhir, aktivitas itu ia hentikan. Ke depan, kemungkinan kembali menambang masih terbuka lebar.

Kini, Samuji lebih banyak bekerja sebagai penyedia jasa las. Pemakai jasa las miliknya pun kebanyakan dari warga Dusun Geritan.

“Sementara ini saya ngelas dulu. Kalau waktunya sudah pas, sebenarnya juga ingin menambang lagi. Enggak tahu ya, coba lihat nanti,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya