SOLOPOS.COM - Waduk Krisak (JIBI/SOLOPOS/dok)

Waduk Krisak (JIBI/SOLOPOS/dok)

SUKOHARJO–Gabungan Petani Pengelola dan Pemakai Air (GP3A) Saptarata Tirta Waduk Krisak, Wonogiri, mendatangi Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) di Pabelan, Kartasura, Kamis (6/9/2012). Kedatangan mereka untuk mengadukan sedimentasi yang terjadi di Waduk Krisak.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ketua GP3A Saptarata Tirta, Heri Trismianto, mengatakan sedimentasi yang terjadi di waduk tersebut sangat parah. Pihaknya berharap BBWSBS segera melakukan pengerukan.
“Sedimentasinya setebal lima meter. Seharusnya waduk itu bisa mengairi lahan seluas 874 hektar, tapi sekarang hanya bisa mengairi 300 hektar. Itu pun sudah dalam kondisi waswas,” ujar Heri saat ditemui di kantor BBWSBS, Kamis siang.

Waduk tersebut, sambung Heri, pernah dikeruk pada tahun 1980-an. Namun pengerukan hanya di lakukan di pinggir tanggul sehingga tidak maksimal. Lantaran hingga kini waduk belum juga dikeruk, maka ia memastikan hasil pertanian di lima desa menurun. Penurunan itu terjadi karena lahan kekurangan air.

Sebelum mengalami sedimentasi, papar Heri, Waduk Krisak bisa mengairi tujuh desa. Namun setelah mengalami sedimentasi, air waduk hanya bisa mengairi lahan di lima desa, yakni Desa Jendi, Desa Sengodutan, Desa Kaliancar, Desa Gemantar dan Desa Sendangijo.

“Apalagi saat ini sedang musim kekeringan, airnya jadi sedikit,” ujarnya.

Ditambah lagi, sambung Heri, warga yang tinggal di sekitar waduk menanam palawija di lahan waduk yang kering sehingga bisa mempercepat sedimentasi. Akibatnya, bila nantinya waduk tersebut dilakukan pengerukan, maka bisa menambah limbah sedimen.
Pasalnya warga sekitar waduk tidak mau dinasihati karena mereka beralasan bahwa tanah waduk dahulunya adalah tanah milik nenek moyang mereka. Palawija yang ditanam yakni jagung, kacang panjang, kacang tanah, rumput dan ketela pohon.

Camat Selogiri, Bambang Haryanto, mengatakan keluhan dari para petani tersebut diharapkan bisa ditindaklanjuti oleh BBWSBS dan dinas teknis terkait. Ia mengatakan masalah sedimentasi itu sebetulnya juga menyinggung persoalan ketahanan pangan. Karena itu, penanggulangannya perlu melibatkan semua unsur.
“Infrastruktur bangunan di waduk juga perlu diperbaiki karena bangunan itu sejak dibangun tahun 1942 belum diperbaiki,” terang Bambang.

Menanggapi keluhan para petani, Kepala Bagian Pengembangan Sumberdaya Air (PSDA) I BBWSBS, Sumarno, mengatakan pihaknya telah menyiapkan program pengamanan waduk yang didanai dari Bank Dunia. Namun ia tak menyebut berapa besaran dari dana yang dikucurkan itu. Pihaknya juga menganggarkan dana dari APBN kaitannya dengan pengerukan sedimentasi di Waduk Krisak.

“Kami baru mencari tempat pembuangannya baru kami tentukan pengerukannya dalam waktu dekat,” jelas Sumarno. Ia juga meminta kepada petani untuk meminta dukungan kepada bupati secara resmi dan tertulis. Terkait dengan saluran irigasi, pihaknya akan menyampaikan hal itu ke bagian irigasi BBWSBS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya